Rabu, 31 Juli 2013

DONGENG ANAK-ANAK





SEMUT DAN KEPOMPONG
Di suatu hutan yang rindang, hidup berbagai binatang buas dan jinak. Ada kelinci, burung,
kucing, capung, kupu-kupu dan yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang
sangat dahsyat. Angin bertiup sangat kencang, menerpa pohon dan daun-daun. Kraak!
terdengar bunyi dahan-dahan berpatahan. Banyak hewan yang tidak dapat menyelamatkan
dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam tanah. Badai baru berhenti ketika pagi
menjelang. Matahari kembali bersinar hangatnya.
Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si semut
terlindung dari badai karena ia bisa masuk ke sarangnya di
dalam tanah. Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor
kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. Si
semut bergumam, "Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi
kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana". "Menjadi
kepompong memang memalukan!". "Coba lihat aku, bisa pergi
ke mana saja ku mau", ejek semut pada kepompong. Semut
terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang
berhasil ditemuinya.
Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan yang berlumpur. Ia
tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap dirinya
semakin dalam. "Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti
ini," keluh semut. Semakin lama, si semut semakin tenggelam dalam
lumpur. "Tolong! tolong," teriak si semut.
"Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya?" Si semut terheran mendengar suara itu. Ia
memandang kesekelilingnya mencari sumber suara. Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah
terbang mendekatinya. "Hai, semut aku adalah kepompong yang dahulu engkau ejek.
Sekarang aku sudah menjadi kupu-kupu. Aku bisa pergi ke mana saja dengan sayapku.
Lihat! sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?" "Yah, aku sadar. Aku mohon maaf
karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang?" kata si semut pada kupu-
kupu.
Akhirnya kupu-kupu menolong semut yang terjebak dalam lumpur penghisap. Tidak berapa
lama, semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut. Setelah terbebas, semut
mengucapkan terima kasih pada kupu-kupu. "Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita
untuk menolong yang sedang kesusahan bukan?, karenanya kamu jangan mengejek hewan
lain lagi ya?" Karena setiap makhluk pasti diberikan kelebihan dan kekurangan oleh yang
Maha Pencipta. Sejak saat itu, semut dan kepompong menjadi sahabat karib.
HIKMAH :Sesama makhluk ciptaan Tuhan, janganlah saling mengejek dan menghina,
karena siapa tahu yang dihina lebih baik kedudukannya daripada yang menghina.





SERULING AJAIB
Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu. "Ternyata enak juga jalan-jalan di hutan
bambu, sejuk dan begitu damai," kata kancil dalam hati. Keasyikan berjalan membuat ia lupa
jalan keluar, lalu ia mencoba jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi yang
terjadi si kancil malah terjepit diantara batang pohon bambu. "Tolong! Tolong!" teriak kancil.
Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat terjepit. Ia hanya berharap mudah-
mudahan ada binatang lain yang menolongnya.
Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang
beristirahat sambil mendengarkan kicauan burung. Ia
berkhayal bisa bernyanyi seperti burung. "Andai aku bisa
bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang mau mengajari aku
bernyanyi ya?", tanyanya dalam hati. Semilir angin membuat
harimau terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia mendengkur,
terdengar suara berderit- derit. Suara itu semakin nyaring
karena terbawa angin. "Suara apa ya itu?" kata harimau
"Yang pasti bukan suara kicauan burung, sepertinya suaranya
datang dari arah hutan bambu, lebih baik aku selidiki saja," ujar si
harimau. Suara semakin jelas ketika harimau sampai di hutan
bambu. Ia mendapati ternyata seekor kancil sedang terjepit
diantara pohon-pohon bambu. "Wah aku beruntung sekali hari ini,
tanpa susah payah hidangan lezat sudah tersedia", ujar harimau
kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat tubuh kancil yang
gemuk. Kancil sangat ketakutan. "Apa yang harus kulakukan agar
bisa lolos dengan selamat?", pikir si kancil.
"Harimau yang baik, janganlah kau makan aku, tubuhku yang kecil pasti tak akan
mengenyangkanmu." "Aku tak perduli, aku sudah lama menunggu kesempatan ini," ujar si
harimau. Angin tiba-tiba berhembus lagi, kriet....kriet... "Suara apa itu?", Tanya Harimau
penasaran. "Itu suara seruling ajaibku," jawab kancil dengan cepat. Otaknya yang cerdik
telah menemukan suatu cara untuk meloloskan diri. "Aku bersedia mengajarimu asalkan
engkau tidak memangsaku, bagaimana?" Tanya si kancil.
Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena ia memang
ingin dapat bernyanyi seperti burung. Ia berpikir meniup
seruling tidak kalah hebat dengan bernyanyi. Tangan si kancil
pura-pura asyik memainkan seruling seiring dengan hembusan
angin. Sementara harimau memperhatikan dengan serius. "Koq
lagunya hanya seperti itu?", Tanya harimau. "ini baru nada
dasar", jawab kancil.
"Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku",
kata si kancil. Harimau melakukan apa yang dikatakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas
dari jepitan pohon bambu. "Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu pada
batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan", Kancil menerangkan dengan serius. "Jangan
heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus
lho." "Untung ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib," kata kancil
dalam hati. "Harimau yang telah terjepit di antara batang bambu tidak menyadari bahwa ia
telah ditipu si kancil. "Kau mau pergi kemana, Cil?", Tanya harimau. "Aku mau minum dulu,
tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup seuling," jawab si kancil. "Masa aku harus
belajar sendiri?", tanya harimau lagi. "Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kau
harus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi meninggalkan harimau.
Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang.
Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit. "Hore aku bisa!",





seru harimau bersemangat. Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau menjadi
terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari
jepitan batang bambu. "Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya
aku ini!, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan. "Grr, benar-
benar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si kancil", kata harimau.
Setelah lelah mencari si kancil, akhirnya harimau beristirahat di
bawah pohon. Angin berhembus kembali. Kriet..kriet..kriet
membuat batang-batang bambu saling bergesekan dan berderit-
derit. Hal ini membuat amarah harimau sedikit reda. Ia jadi
mengantuk dan akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi dapat
meniup seruling asli. Membuat para binatang menari dan
menyanyi.


KERA JADI RAJA
Sang Raja hutan "Singa" ditembak pemburu, penghuni hutan
rimba jadi gelisah. Mereka tidak mempunyai Raja lagi. Tak berapa
lama seluruh penghuni hutan rimba berkumpul untuk memilih
Raja yang baru. Pertama yang dicalonkan adalah Macan Tutul,
tetapi macan tutul menolak. "Jangan, melihat manusia saja aku
sudah lari tunggang langgang," ujarnya. "Kalau begitu Badak
saja, kau kan amat kuat," kata binatang lain. "Tidak-tidak,
penglihatanku kurang baik, aku telah menabrak pohon berkali-kali." "Oh! mungkin Gajah saja
yang jadi Raja, badan kau kan besar..", ujar binatang-binatang lain. "Aku tidak bisa berkelahi
dan gerakanku amat lambat," sahut gajah.
Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan raja pengganti. Ketika
hendak bubar, tiba-tiba kera berteriak, "Manusia saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah
membunuh Singa". "Tidak mungkin," jawab tupai.
"Coba kalian semua perhatikan aku, aku mirip dengan manusia
bukan?, maka akulah yang cocok menjadi raja," ujar kera. Setelah
melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi raja
yang baru. Setelah diangkat menjadi raja, tingkah laku Kera sama
sekali tidak seperti Raja. Kerjanya hanya bermalas-malasan
sambil menyantap makanan yang lezat-lezat.
Penghuni binatang menjadi kesal, terutama srigala. Srigala berpikir, "bagaimana si kera bisa
menyamakan dirinya dengan manusia ya?, badannya saja yang sama, tetapi otaknya tidak".
Srigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera. "Tuanku, saya menemukan makanan
yang amat lezat, saya yakin tuanku pasti suka. Saya akan antarkan tuan ke tempat itu," ujar
srigala. Tanpa pikir panjang, kera, si Raja yang baru pergi bersama srigala.




Di tengah hutan, teronggok buah-buahan kesukaan kera. Kera
yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu. Ternyata, si
kera langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang
disergapnya ternyata jebakan yang dibuat manusia. "Tolong!
tolong," teriak kera, sambil berjuang keras agar bisa keluar dari
perangkap.
"Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang raja bisa berlaku bodoh, terjebak dalam
perangkap yang dipasang manusia, Raja seperti kera mana bisa melindungi rakyatnya," ujar
srigala dan binatang lainnya. Tak berapa lama setelah binatang-binatang meninggalkan kera,
seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera di dalamnya, ia langsung membawa
tangkapannya ke rumah.
HIKMAH :Perlakukanlah teman-teman kita dengan baik, janganlah sombong dan
bermalas-malasan. Jika kita sombong dan memperlakukan teman-teman semena-
mena, nantinya kita akan kehilangan mereka.


MIA DAN SI KITTY
Mia adalah seorang anak yang baik hati. Ia tinggal bersama
orangtuanya di suatu desa. Karena ramah dan baik hati, ia
mempunyai banyak teman di lingkungan rumah maupun
sekolahnya. Mia adalah anak terkecil diantara 4 bersaudara. Setiap
harinya, Mia dan kakak-kakaknya selalu diajari kedisiplinan dan
budi pekerti oleh orangtuanya. Mia sangat senang dengan binatang.
Binatang yang ada di rumahnya, dipeliharanya dengan rajin. Sudah
lama Mia ingin memelihara kucing, tetapi Ibunya melarang binatang
peliharaan yang dipelihara di dalam rumah karena membuat rumah
kotor.
Suatu hari, Mia sedang pergi menuju sekolahnya. Ia pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.
Jarak antara rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh hanya 300 meter. Di tengah jalan, ia
melihat seekor anak kucing yang masih kecil terjatuh ke dalam selokan. Mia merasa kasihan
dengan anak kucing itu. Lalu ia mengangkat anak kucing itu dari selokan dan menaruhnya di
tempat yang aman kemudian Mia melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Bel tanda masuk
berbunyi. Mia dan teman-temannya segera masuk ke kelas.
Di sekolahnya, Mia termasuk anak yang cerdas. Ia selalu masuk dalam rangking 3 besar. Ia
sering mengadakan kelompok belajar bersama teman-temannya di waktu istirahat maupun
setelah pulang dari sekolah. Dalam kelompok belajar itu, mereka membahas pelajaran yang
telah mereka dapatkan dan juga membahas pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.
Kriiingg... Bel tanda waktu pulang berbunyi! Mia dan teman-temannya segera bergegas
membereskan buku-bukunya dan segera keluar ruangan.
Di perjalanan pulang, ketika sedang mengobrol dengan teman-temannya, Mia melihat anak
kucing yang tadi pagi dilihatnya dalam selokan. Anak kucing itu mengeong-ngeong sambil
terus mengikuti Mia. Mia tidak sadar ia diikuti oleh anak kucing itu. Sesampainya di rumah,
ketika akan menutup pintu, Mia terkejut karena ada anak kucing mengeong sekeras-
kerasnya. Mia baru menyadari kalau anak kucing yang ditolongnya, mengikutinya sampai
rumah.
Mia mohon pada Ibunya, agar ia di izinkan memelihara kucing kecil itu. "Tidak boleh!, nanti



hewan itu membuat kotor rumah", ujar Ibu Mia. "Tapi bu, kasihan kucing ini! ia tidak punya
tempat tinggal dan tidak punya orangtua", kata Mia. Setelah beberapa saat, akhirnya Ibu
membolehkan Mia memelihara kucing dengan syarat binatang itu tidak boleh ditelantarkan
dan jangan sampai mengotori rumah.
Sejak saat itu, Mia memelihara anak kucing itu. Setiap hari ia memberi minum dan makan
anak kucing itu. Lama-lama Mia menjadi sangat sayang dengan anak kucing itu. Mia
memberi nama anak kucing itu Kitty. Semenjak dipelihara Mia, Kitty menjadi bersih dan
gemuk, bulunya yang berbelang tiga membuatnya tambah lucu.
Beberapa bulan kemudian, Si Kitty menjadi besar. Suatu hari, Mia melihat seekor burung
kutilang yang tergeletak di halaman rumahnya. Mia mendekati burung kutilang itu dan
mengangkatnya. Ternyata burung kutilang itu terluka sayapnya dan tidak bisa terbang. Mia
merawat burung itu dengan penuh kasih sayang. Si Kitty merasa cemburu karena merasa
Mia menjadi lebih sayang pada burung kutilang daripadanya. Padahal Mia tetap menyayangi
si Kitty. Karena merasa tidak diperhatikan lagi, setiap Mia tidak ada, si Kitty selalu menakut-
nakuti burung kutilang tersebut.
Setelah dirawat Mia selama seminggu, burung kutilang itu jadi sembuh. Beberapa hari
kemudian, ketika Mia baru pulang dari sekolah, ia melihat pintu kandang burung kutilangnya
terbuka dan ada bercak darah di bawah kandang burung kutilangnya. Mia berpikir jangan-
jangan si Kitty memakan burung Kutilangnya. Ketika melihat si Kitty, Mia jadi lebih curiga
karena pada mulut si Kitty terdapat bercak darah. Karena saking kesalnya, Mia mengambil
sapu dan mengejar si Kitty untuk dipukul. Si Kitty segera berlari masuk ke kolong tempat
tidur.
Ketika melihat ke kolong Mia sangat terkejut karena ada seekor ular yang sudah mati di
bawah kolong tempat tidurnya. Akhirnya Mia sadar, si Kitty telah menyelamatkannya dengan
menggigit ular tersebut. Mia baru ingat kalau ia lupa menutup pintu sangkar burungnya. Mia
menyesal ketika ingat akan memukul si Kitty. Padahal kalau tidak ada si Kitty mungkin ular
tersebut masih hidup dan bisa mencelakainya. Akhirnya Mia sadar akan kesalahannya dan
memeluk si Kitty dengan erat. Sejak kejadian itu, Mia jadi lebih sayang dengan Si Kitty.



BENDE WASIAT
Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil membasuh
mukanya. "Hmm, gagah juga aku ini, tubuhku kuat berotot dan
warna lorengku sangat indah," kata harimau dalam hati.
Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat
semena-mena pada binatang lain yang lebih kecil dan lemah. Si
kancil akhirnya tidak tahan lagi. "Benar-benar keterlaluan si
harimau!" kata Kancil menahan marah. "Dia mesti diberi pelajaran!
Biar kapok!
Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka berbincang-bincang
tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide bagaimana cara membuat si
harimau kapok.





Setelah lama terdiam, "Hmm, aku ada ide," kata si kancil tiba-
tiba. "Tapi kau harus menolongku," lanjut si kancil. "Begini,
kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu
karena telah menggangguku, dan katakan juga pada si
harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang berani
menggangguku, termasuk harimau, karena aku sedang
menjalankan tugas penting," kata kancil pada kelinci. "Tugas
penting apa, Cil?" tanya kelinci heran. " Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti
mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu
Harimau disana." "Tapi aku takut Cil, benar nih rencanamu akan berhasil?", kata kelinci.
"Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik". "Iya, iya. Aku
percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau
lagi."
Si kelincipun berjalan menemui harimau yang sedang bermalas-
malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang terjadi
padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau menjadi
geram mendengarnya. "Apa? Kancil mau menghajarku? Grr,
berani sekali dia!!, kata harimau. Seperti yang diharapkan,
harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada. "Itu dia si
Kancil!" kata Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon
besar di ujung jalan.
"Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita
padamu, nanti aku dihajar lagi," kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-
semak.
"Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?" Tanya harimau sambil marah. "Jangan
bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting". "Tugas penting apa?".
Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang
tergantung pada dahan pohon di atasnya. "Aku harus menjaga
bende wasiat itu." Bende wasiat apa sih itu?" Tanya harimau
heran. "Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil,
tapi bende ini bukan sembarang bende, kalau dipukul suaranya
merdu sekali, tidak bisa terlukis dengan kata-kata. Harimau jadi
penasaran. "Aku boleh tidak
memukulnya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar
suara merdu dari bende itu." "Jangan, jangan," kata Kancil. Harimau terus membujuk si
Kancil. Setelah agak lama berdebat, "Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau
terjadi apa-apa ya?", kata si kancil.
Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang
terjadi. Ternyata bende itu adalah sarang lebah! Nguuuung!..nguuuung!..nguuuung!..
sekelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena merasa diganggu. Lebah-lebah
itu mengejar dan menyengat si harimau. "Tolong! Tolong!" teriak harimau kesakitan sambil
berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai. Byuur! Harimau langsung melompat masuk
ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah. "Grr, awas kau Kancil!" teriak
Harimau menahan marah. "Aku dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang ya?".
Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak terlalu kecewa, sebab
kepalanya tidak pusing lagi.
"Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit disengat lebah," kata kancil.
"Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah bukan?". "Aku harap harimau bisa
mengambil manfaat dari kejadian ini," kata kelinci penuh harap."





KELELAWAR YANG PENGECUT
Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba
seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. "Kurang
ajar", kata singa.
Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan
seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang
terhadap bangsa burung. "Mulai sekarang segala jenis burung
adalah musuh kita, usir mereka semua, jangan disisakan!" kata
Singa. Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah
diperlakukan sama oleh bangsa burung.
Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya. Kesempatan itu digunakan
oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan
diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari
sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya.
Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas
menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata, "Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus,
walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu,
Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu". Tanpa
berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan
berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang
istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok singa
dengan batu dan kacang-kacangan.
"Awas hujan batu," teriak para binatang kelompok singa sambil
melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut
sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung dengan
kelompok burung. Ia menemui sang raja burung yaitu burung
Elang. "Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung seperti kalian".
Elang menerima kelelawar dengan senang hati.
Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau badak
sambil memegang busur dan anak panah. Kepala mereka
dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa agar tidak mempan
dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa yang
dilakukan kelelawar?. Ia bolak balik berpihak kepada kelompok
yang menang. Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang dimiliki
kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan
kelompok burung.
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat kembali
dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar merasa
sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan diri bila
malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi.







Si Kancil KENA BATUNYA
Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga
dengan Si Kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan di hutan sambil
membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata, "Siapa yang tak kenal Kancil. Si pintar,
si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku". Ketika sampai di sungai, ia
segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat Kancil
dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. "Buaya, Gajah, Harimau semuanya binatang
bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya".
Si Kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh
seekor Siput yang sedang duduk di bongkahan batu yang besar. Si
Siput berkata, "Hei Kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada
apa? Kamu sedang bergembira?". Kancil mencari-cari sumber
suara itu. Akhirnya ia menemukan letak Si Siput.
"Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya?". Siput yang kecil
dan imut-imut. Eh bukan!. "Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut,
melainkan jelek bagai kotoran ayam". Ujar Si Kancil. Siput terkejut
mendengar ucapan Si Kancil yang telah menghina dan membuatnya
jengkel. Lalu Siputpun berkata, "Hai Kancil!, kamu memang cerdik
dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat".
Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.
Setelah Si Kancil pergi, Siput segera memanggil dan
mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong
teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya
harus berada di jalur lomba. "Jangan lupa, kalian
bersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu
harus segera muncul jika Si Kancil memanggil, dengan
begitu kita selalu berada di depan Si Kancil," kata Siput.
Hari yang dinanti tiba. Si Kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat
mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan
memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai.
Kancil berjalan santai, sedang Siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa
langkah, Kancil memanggil Siput.
Tiba-tiba Siput muncul di depan Kancil sambil berseru, "Hai
Kancil! Aku sudah sampai sini." Kancil terheran-heran, segera
ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil Si
Siput lagi. Ternyata Siput juga sudah berada di depannya.
Akhirnya Si Kancil berlari, tetapi tiap ia panggil Si Siput, ia
selalu muncul di depan Kancil. Keringatnya bercucuran,
kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil
Siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir Siput sudah tertinggal jauh dan ia akan
menjadi pemenang perlombaan. Si Kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil
beristirahat. Dengan senyum sinis



Kancil berkata, "Kancil memang tiada duanya." Kancil
dikagetkan ketika ia mendengar suara Siput yang sudah
duduk di atas batu besar. "Oh kasihan sekali kau Kancil.
Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari?". Ejek Siput.
"Tidak mungkin!", "Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai,
padahal aku berlari sangat kencang", seru Si Kancil.
"Sudahlah akui saja kekalahanmu," ujar Siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a
dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui
kekalahannya. "Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin
kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam
menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan
mereka", ujar Siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah Si Kancil dengan
rasa menyesal dan malu.
HIKMAH
:
Janganlah suka menyombongkan diri dan menyepelekan orang lain, walaupun kita
memang cerdas dan pandai.


KANCIL DAN TIKUS
Di hutan hiduplah dua ekor kancil. Mereka bernama Kanca dan Manggut. Kedua ekor kancil
itu bersaudara. Manggut adalah kakak dari Kanca. Sebaliknya, Kanca adalah adik dari
Manggut. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Kanca rajin
dan baik hati. Sedangkan Manggut pemalas dan suka menjahili teman.
Suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas mencari makan. Akhirnya Manggut
mencuri makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada Manggut di mana makanannya,
Manggut menjawab dicuri tikus.
"Ah, mana mungkin dimakan tikus!" kata Kanca. "Iya, kok! Masa sama kakaknya tidak
percaya!" jawab Manggut berbohong.
Mulanya Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut. Tetapi setelah Manggut
mengatakannya berkali-kali akhirnya Kanca percaya juga. Kanca memanggil tikus ke
rumahnya.
"Tikus, apakah kamu mencuri makananku?" tanya Kanca pada tikus. "Ha? Mencuri? Berpikir
saja aku belum pernah!" jawab tikus. "Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca!
Dia pasti berbohong," kata Manggut. "Ya, sudahlah! Tikus, sebagai gantinya ambilkan
makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil makanan dari sana, kok!" kata
Kanca mengakhiri percakapan.
Tikus berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki perahu kecil untuk menuju seberang sungai.
Sebenarnya tikus tahu kalau Manggut yang mencuri makanan. Sementara itu, di bagian
sungai yang lain, Manggut cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang
perangkap tikus agar tikus terperangkap.




Ketika tikus hampir mendekati seberang sungai, tikus melihat
perangkap. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh Manggut.
Tiba-tiba tikus mendapat ide. Tikus berpura-pura tenggelam dalam
sungai. "Aaa... Manggut, tolong aku...!" teriak tikus. Mendengar itu
Manggut segera menolong tikus. Tikus meminta Manggut
mengantarkannya ke seberang sungai. Manggut tidak bisa berbuat apa-
apa. Ia mengantarkan tikus ke seberang sungai.
Sesampai di seberang sungai tikus meminta Manggut menemani tikus mengambil makanan.
Karena Manggut tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus. Manggut
menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Oleh : Aishah Rumaysa P.


MONI, MONYET YANG LICIK
Siang itu angin berhembus sepoi-sepoi. Moni duduk di dahan sambil mengantuk. Tiba-tiba
perutnya berbunyi keroncongan dan terasa lapar. Ia membayangkan betapa enaknya bila
makan buah-buahan. Tetapi ia kemudian tersentak mengingat kata-kata temannya. Ia
dikatakan sebagai si Serakah, si Rakus, si Tukang Makan, dan sebagainya. Bahkan ia
terngiang kata-kata pak tani yang memarahinya. "Awas, kalau mencuri lagi! Kubunuh, Kau!
Kalau kau ingin makan buah-buahan tanamlah sendiri! Bekerja dan berusahalah dengan
baik!" kata petani dengan geram. Bulu kuduknya berdiri ketika ia teringat pernah dipukuli
ketika mencuri pisang dan mangga di kebun pak tani.
Moni kemudian berpikir bagaimana cara mendapatkan makanan
agar tidak dimarahi orang. "Ah, lebih baik saya mencari sahabat
karibku! Mudah-mudahan ia dapat membantuku," kata Moni
dalam hati. Ia kemudian turun dari pohon dan berjalan mencari
katak sahabat karibnya. Setibanya di pematang sawah, sambil
bernyanyi ia memanggil sahabat karibnya tersebut.
"Pung... ketipung ... pung! He... he... he...! Katak sahabatku, mengapa engkau sudah lama
tak muncul? Ini sahabatmu datang! Saya rindu sekali padamu! Muncullah ... muncullah!"
Mendengar nyanyian tersebut katak muncul sambil bernyayi "Teot... teot! Teot... teblung! Ini
aku si Katak datang!" Aku juga rindu padamu. Bagaimana aku muncul, bila kau sendiri tak
muncul?" Kedua binatang tersebut kemudian berbincang-bincang untuk melepaskan
kerinduannya. Pada kesempatan itu juga si Monyet menyampaikan maksudnya.
"Katak sahabatku, bagaimana kalau kita bekerja sama untuk menanam buah-buahan," ajak
monyet. "Wah, saya setuju sekali. Tetapi buah apa ya yang paling enak dan paling mudah
ditanam?" jawab Katak. "Lebih baik kita menanam pisang saja! Bibitnya mudah didapat dan
cara menanamnyapun mudah, bagaimana?" kata monyet sambil bertanya. "Baiklah, saya
akan mencari bibitnya. Biasanya banyak batang pohon pisang yang hanyut di sungai. Mari
kita ke tepi sungai!" jawab katak sambil mengajak monyet. Mereka kemudian ke tepi sungai
sambil berbincang-bincang dengan akrabnya. Sesampainya di tepi sungai ia bermain-main
sambil menunggu bila ada batang pisang yang hanyut. Benar juga! Tak lama kemudian ada
sebatang pohon pisang yang hanyut.
"Nah, itu dia!" Teriak katak sambil menunjuk batang pisang yang hanyut. "Mari kita seret ke
tepi!" ajak moni. "Mari!" jawab katak. Mereka terjun ke sungai dan menyeret batang pisang ke
tepi sungai. Sesampainya di tepi, mereka angkat batang pisang itu ke daratan. Mereka
kemudian menunggu kalau ada batang pisang yang hanyut lagi tetapi tak kunjung datang.
"Menunggu itu membosankan," kata monyet menggerutu. "Ya, kalau begitu besok kita ke sini


lagi! Kita tunggu bila ada batang pisang yang hanyut lagi! Yang ini untukku," kata katak
sambil memegang batang pisang. "Ah, jangan curang! Ini milik kita berdua. Dari pada
menunggu sampai besok sebaiknya kita bagi saja batang pohon pisang ini sekarang," kata
monyet.
"Baiklah, kita potong saja batang pohon pisang ini menjadi dua. Kamu bagian bawah sedang
saya yang bagian atas" kata katak. "Ah, jangan curang! Yang dapat berbuah kan bagian
atas! Saya sangat memerlukan buah itu dari pada kamu. Nanti yang bagian bawah juga
dapat berbuah," kata monyet membujuk katak. "Baiklah, kita kan bersahabat. Seorang
sahabat haruslah saling mengerti dan saling menolong. Kita tidak boleh bertengkar hanya
karena perkara kecil. Bawalah yang bagian atas! Saya cukup yang bagian bawah saja," kata
katak penuh perhatian. Mereka akhirnya membawa bagian masing-masing ke hutan. Moni
membawa batang pisang bagian atas dan katak bagian bawah untuk ditanam.
Setiap sebulan sekali monyet mengunjungi katak. Mereka saling menanyakan tanamannya.
"Bagaimana tanaman pisangmu?" tanya moni. "Ha... ha..., lihat saja itu! Subur bukan?!
Tanamanku sangat subur. Daunnya begitu lebat." Jawab katak sambil menunjukkan
tanamannya. "Bagaimana dengan tanamanmu?" tanya katak lebih lanjut. "Wah..., tanamanku
juga demikian!" jawab moni membohongi temannya. Ia bohong karena tanamannya sudah
mati. Batang bagian atas tak mungkin hidup bila ditanam. Bulan berikutnya moni datang lagi.
Ia bertanya kepada katak tentang tanamannya. "Bagaimana tanamanmu?" tanya moni.
"Wah, tanaman pisangku sangat subur, dan sekarang sudah berbuah. Bagaimana pula
tanamanmu?" jawab katak sambil menanyakan tanaman si Moni. "Demikian juga tanamanku,
sudah berbuah. Bahkan buahnya besar-besar," jawab moni berbohong. Mereka kemudian
berbincang-bincang sambil bergurau. Setelah selesai, moni kembali ke hutan. Pada
kunjungan berikutnya ternyata buah pisangnya sudah masak tetapi katak tidak dapat
memetiknya karena tidak dapat memanjat pohon pisang tersebut. Katakpun meminta
bantuan kepada moni yang sedang berkunjung. "Moni, tolong petikkan pisangku yang sudah
masak itu!" pinta katak kepada moni.
"Wah, dengan senang hati, mari kita ke sana!" jawab moni sambil mengajak katak. Monipun
segera memanjat pohon pisang dan sesampainya di atas ia segera memetik dan mencoba
memakannya. "Wah, ranum benar pisangmu!" teriak moni dari atas pohon pisang. "Hai moni,
jangan kau makan sendiri saja. Cepat petikkan sesisir dulu untukku" teriak katak sambil
memohon. "Ya, nanti dulu! Aku belum selesai memakannya. " sahut moni. Satu, demi satu
dimakannya pisang tersebut oleh moni, setiap katak meminta ada saja jawaban si Moni.
Katak tak pernah diberi. Bahkan si Katak hanya dilempari kulitnya.
"Kamu lebih baik makan kulitnya saja, Tak! Ini bagianmu, terimalah! kata moni. Katakpun
berang dilecehkan oleh moni. Ia pun berkata dalam hati untuk memberikan pelajaran kepada
moni yang serakah tersebut. "Baiklah, habiskan saja pisangku. Aku sudah tak berminat lagi.
Aku sudah kenyang makan nyamuk. Makanan utamaku kan nyamuk, bukan pisang seperti
makananmu." kata katak dengan kesal. "Ha... ha... ha..., katak...katak..., salahmu sendiri
kamu tak dapat memanjat. Kamu hanya dapat meloncat-loncat saja. Coba perhatikan saya!
Saya dapat berjalan, meloncat dan memanjat. Makanankupun lebih banyak jenisnya
daripada kamu. Kamu lebih baik makan nyamuk saja. Pisang ini sebenarnya untukku bukan
untukmu," kata moni dengan congkak.
"Dasar moni serakah! Sudahlah, jangan banyak bicara! Cepat habiskan saja pisangku!
Sebentar lagi batangnya akan saya tebang," kata katak dengan marah. Selesai berbicara
katakpun mulai menebang batang pohon pisangnya. Moni segera mempercepat makannya.
Tak terasa ia mulai kenyang dan mengantuk. Batang pohon pisang mulai bergoyang dan
akan roboh tetapi moni tak dapat menahan kantuknya. Lebih-lebih goyangannya batang
pohon pisang dianggapnya sebagai ayunan yang meninabobokkan. Akhirnya ia jatuh.
Perutnya terkena ujung pohon kayu kering yang runcing dan badannya tertimpa batang
pohon pisang.




KELEDAI PEMBAWA GARAM
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu
membawa beberapa karung berisi garam di punggungnya. Karung itu sangat berat,
sementara matahari bersinar dengan teriknya. "Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah
tidak kuat berjalan lagi," kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. "Ah, ada
sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar," kata keledai dengan gembira.
Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan byuur!
Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri
kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk
berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia
merasakan beban di punggungnya semakin ringan. Akhirnya
keledai itu bisa berdiri lagi. "Ya ampun, garamnya habis!" kata
tuannya dengan marah. "Oh, maaf! garamnya larut di dalam air
ya?" kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa,
ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya. "Tak lama lagi akan ada sungai di
depan sana," kata keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai
menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur!. Tentu saja garam yang ada di punggungnya
menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. "Asyik! Jadi ringan!" kata keledai ringan.
Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah.
"Dasar keledai malas!" kata tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan
bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai
menjatuhkan diri dengan sengaja.
Byuuur!. Namun apa yang terjadi? Muatannya menjadi berat sekali.
Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak
mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada di
punggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari
sambil membawa beban berat dipunggungnya.
HIKMAH
:
Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan yang salah akan menyebabkan
kerugian bagi kita.





PUTRI MELATI WANGI
Di sebuah kerajaan, ada seorang putri yang bernama Melati Wangi. Ia seorang putri yang
cantik dan pandai. Di rumahnya ia selalu menyanyi. Tetapi sayangnya ia seorang yang
sombong dan suka menganggap rendah orang lain. Di rumahnya ia tidak pernah mau jika
disuruh menyapu oleh ibunya. Selain itu ia juga tidak mau jika disuruh belajar memasak.
"Tidak, aku tidak mau menyapu dan memasak nanti tanganku kasar dan aku jadi kotor", kata
Putri Melati Wangi setiap kali disuruh menyapu dan belajar memasak.



 

Sejak kecil Putri Melati Wangi sudah dijodohkan dengan seorang pangeran yang bernama
Pangeran Tanduk Rusa. Pangeran Tanduk Rusa adalah seorang pangeran yang tampan dan
gagah. Ia selalu berburu rusa dan binatang lainnya tiap satu bulan di hutan. Karena itu ia
dipanggil tanduk rusa.
Suatu hari, Putri Melati Wangi berjalan-jalan di taman. Ia melihat
seekor kupu-kupu yang cantik sekali warnanya. Ia ingin
menangkap kupu-kupu itu tetapi kupu-kupu itu segera terbang.
Putri Melati Wangi terus mengejarnya sampai ia tidak sadar
sudah masuk ke hutan. Sesampainya di hutan, Melati Wangi
tersesat. Ia tidak tahu jalan pulang dan haripun sudah mulai
gelap.
Akhirnya setelah terus berjalan, ia menemukan sebuah gubuk yang biasa digunakan para
pemburu untuk beristirahat. Akhirnya Melati Wangi tinggal digubuk tersebut. Karena tidak
ada makanan Putri Melati Wangi terpaksa memakan buah-buahan yang ada di hutan itu.
Bajunya yang semula bagus, kini menjadi robek dan compang camping akibat tersangkut
duri dan ranting pohon. Kulitnya yang dulu putih dan mulus kini menjadi hitam dan tergores-
gores karena terkena sinar matahari dan duri.
Setelah sebulan berada di hutan, ia melihat Pangeran Tanduk Rusa datang sambil
memanggul seekor rusa buruannya. "Hai Tanduk Rusa, aku Melati Wangi, tolong antarkan
aku pulang," kata Melati Wangi. "Siapa? Melati Wangi? Melati wangi seorang Putri yang
cantik dan bersih, sedang engkau mirip seorang pengemis", kata Pangeran Tanduk Rusa. Ia
tidak mengenali lagi Melati Wangi. Karena Melati Wangi terus memohon, akhirnya Pangeran
Tanduk Rusa berkata," Baiklah, aku akan membawamu ke Kerajaan ku".
Setelah sampai di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa. Melati Wangi di suruh mencuci,
menyapu dan memasak. Ia juga diberikan kamar yang kecil dan agak gelap. "Mengapa
nasibku menjadi begini?", keluh Melati Wangi. Setelah satu tahun berlalu, Putri Melati Wangi
bertekad untuk pulang. Ia merasa uang tabungan yang ia kumpulkan dari hasil kerjanya
sudah mencukupi. Sesampainya di rumahnya, Putri Melati Wangi disambut gembira oleh
keluarganya yang mengira Putri Melati Wangi sudah meninggal dunia.
Sejak itu Putri Melati Wangi menjadi seorang putri yang rajin. Ia merasa
mendapatkan pelajaran yang sangat berharga selama berada di hutan dan
di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa. Akhirnya setahun kemudian Putri
Melati Wangi dinikahkan dengan Pangeran Tanduk Rusa. Setelah menikah,
Putri Melati Wangi dan Pangeran Tanduk Rusa hidup berbahagia sampai
hari tuanya.
Sumber : http://www.e-smartschool.com/cra/002/CRA0020013.asp
TIGA SEKAWAN
Dahulu kala, hiduplah seekor Ibu Babi dengan 3 orang anaknya.
Anak yang sulung sangat malas dan mengabaikan pekerjaannya.
Anak yang tengah sangat rakus, tidak mau bekerja dan kerjanya
hanya makan. Anak bungsunya tidak seperti kakaknya, ia anak
yang rajin bekerja. Suatu saat Ibu Babi berkata kepada anak-
anaknya, "Karena kalian sudah dewasa, kalian harus hidup mandiri
dan buatlah rumah masing-masing". Si bungsu berpikir rumah
seperti apa yang akan didirikannya
.





Si sulung tanpa mau bersusah payah membuat rumahnya dari
jerami. Si bungsu berkata, "Kalau rumah jerami nanti akan hancur
bila ada angin atau hujan". "Oh iya ya! Kalau begitu aku akan
membuat rumah dari kayu saja, supaya kuat jika ada angin", kata
si tengah. Setelah selesai si bungsu kembali berkata, "kalau
rumah kayu walau tahan angin tetapi akan hancur jika dipukul". Si
kakak menjadi marah, "Kau sendiri lambat membuat rumah dari
batu batamu itu, jika hari telah sore serigala akan datang.
"
Si bungsu bertekad akan membuat rumah dari batu-bata yang kuat yang tidak goyah
dengan angin atau serangan serigala. Malampun tiba, pada saat bulan purnama, si bungsu
telah selesai. Esok harinya, si bungsu mengundang kedua kakaknya, lalu mereka pergi ke
rumah ibu Babi. "Hebat anak-anakku, mulai sekarang kalian hidup dengan mengolah ladang
sendiri", ujar Ibu Babi. Kedua kakak si bungsu menggerutu. "Tidak ah, cape!," gerutu mereka.
Menjelang senja telah tiba, mereka pamit kepada Ibu mereka. Dalam perjalanan, tiba-tiba
seekor serigala membuntuti mereka. "Aku akan memakan babi malas yang tinggal di rumah
jerami itu", kata serigala. Ketika sampai di depan pintu si sulung ia langsung menendang
pintu. "Buka pintu!" teriaknya. Si sulung terkejut dan cepat-cepat mengunci pintu. Tetapi
serigala lebih cerdik. Ia langsung meniup rumah jerami itu sehingga menjadi hancur.
Si sulung lari ketakutan ke rumah adiknya si Tengah yang terbuat dari kayu. Walaupun pintu
telah dikunci, serigala langsung mendobrak rumah kayu itu hingga hancur. Serigala
mendekat ke arah kedua anak babi yang sedang berpelukan karena ketakutan. Keduanya
langsung lari dengan sekuat tenaga menuju rumah si bungsu. "Cepat kunci pintunya!, nanti
kita dimakan", kata si sulung.
Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. "Tak usah khawatir,
rumahku tidak akan goyah", kata si bungsu sambil tertawa. Ketika
serigal sampai, ia langsung menendang, mendobrak berkali-kali
tetapi malah si serigala yang badannya kesakitan. Serigala akhirnya
menyerah dan kemudian langsung pulang. Sejak saat itu, ketiga
anak babi ini hidup bersama, dan sang serigala tidak pernah datang
lagi.
Suatu hari, ketiga anak babi pergi ke bukit untuk memetik apel. Tiba-tiba Serigala itu muncul
disana. Anak-anak babi langsung naik ke pohon menyelamatkan diri. Serigala yang tidak
dapat memanjat pohon menunggu di bawah pohon tersebut. Si bungsu berpikir, lalu ia
berteriak, "Serigala, kaupasti lapar. Apakah kau mau apel?", si bungsu segera melempar
sebuah apel. Serigala yang sudah kelaparan langsung mengejar apel yang menggelinding.
"Sekarang ayo kita lari!". Akhirnya mereka semua selamat.
Beberapa hari kemudian, si serigala datang ke rumah si bungsu dengan membawa tangga
yang panjang. Serigala memanjat ke cerobong asap. Si bungsu yang melihat hal itu
berteriak, "Cepat nyalakan api di tungku pemanas!". Si sulung menyalakan api, si bungsu
membawa kuali yang berisi air panas.
Serigala yang ada di cerobong asap, pantatnya kepanasan tak
tertahankan. Malang bagi si serigala, ketika ia ingin melarikan
diri, ia terpeleset dan jatuh tepat ke dalam air yang mendidih.
"Waa!", serigala cepat-cepat lari. Karena seluruh badannya
luka, maka ia menjadi serigala yang telanjang.



Sejak saat itu, ketiga anak-anak babi menjalani hidup dengan baik,
dengan mengelola lading-ladang mereka. Si sulung dan si tengah
sekarang menjadi rajin bekerja seperti si bungsu. Ibu babi merasa
bahagia melihat anak-anaknya hidup dengan rukun dan damai.
HIKMAH :Jika kita bersatu, maka kita akan terhindar dari perpecahan.



PAMAN ALFRED DAN 3 EKOR RAKUN
Di sebuah peternakan yang luas, tinggal seorang peternak yang bernama Alfred. Ia lebih
sering di panggil Paman Alfred oleh tetangga di sekitarnya. Setiap hari pekerjaannya
memerah susu sapi dan memberi sapi-sapinya makan, membabat rumput-rumputan untuk
makanan sapi, kemudian memberi makan ternak-ternaknya yang lain. Selain itu juga
membersihkan ladang jagung dan gandumnya. Setelah semuanya selesai, Paman Alfred
berkeliling ladang dan peternakannya, melihat apakah ada pagar-pagar yang rusak atau
tidak.
Sore menjelang malam hari, Paman Alfred merasa punggungnya
sakit dan pegal semua. Setelah makan malam, ia segera tidur karena
badannya sudah sangat lelah. Ia menghempaskan badannya di
tempat tidurnya yang besar dan empuk. "Saya sangat lelah,"
keluhnya. Tidak lama kemudian, Paman Alfred tertidur. Di tengah
tidurnya, ia tiba-tiba terbangun mendengar ada suara sesuatu dari
atap loteng rumahnya. Paman Alfred merasa terganggu tidurnya. Ia
segera mengenakan sendal dan mengambil senter.
Paman Alfred berjalan menaiki tangga menuju atap lotengnya.
Setelah membuka pintu lotengnya, paman Alfred sangat terkejut
sampai hampir terjatuh ke belakang. Ia melihat 3 ekor rakun yang
sedang bernyanyi. Karena kesalnya, ia berteriak, "Diam..!", 3 rakun
tersebut tetap bernyanyi, walaupun sudah diusir. Akhirnya, paman
Alfred kembali ke kamarnya. Ia mencoba untuk melanjutkan tidurnya.
Esok harinya, ia mengalami hal yang sama dengan kemarin. Paman Alfred akhirnya membeli
racun pengusir rakun. Ketika malam hari, Paman Alfred kembali mendengar rakun-rakun
tersebut bernyanyi. Rakun-rakun tersebut tidak mau menyentuh makanan yang diberikan
Paman Alfred. Mereka tahu kalau makanan tersebut sudah diberi racun. Paman Alfred naik
ke loteng. Ia berteriak-teriak menyuruh rakun-rakun itu berhenti menyanyi. Ia juga melempar
rakun-rakun itu dengan sendalnya. Rakun-rakun itu mengelak sambil terus bernyanyi
mengejek Paman Alfred.
Keesokan harinya. Paman Alfred pergi ke perpustakaan. Ia mencari buku cara mengusir
rakun. Setelah hampir satu jam, buku yang dicarinya berhasil ditemukan. Di buku tersebut
tertulis cara mengusir rakun adalah dengan membunyikan suara yang bising, misalnya
dengan radio dan lainnya. Setelah sampai di rumah, Paman Alfred menyiapkan radio tuanya.
Ia memasukkan kaset lagu rock ke dalam radiotapenya.



Malam harinya, ia memasang radio tersebut di loteng. Ia
mencoba untuk tidur tetapi rasa penasaran membuat Paman
Alfred ingin melihat keadaan di loteng. Ia kembali terkejut melihat
rakun-rakun tersebut masih ada di loteng. Mereka bahkan tidak
hanya menyanyi. Mereka juga menari-nari mengikuti musik.
Habis sudah kesabaran Paman George. Mukanya menjadi merah karena kesal, setelah
mematikan radio ia berteriak sekeras-kerasnya. "Diaammmm!", teriak Paman Alfred. Setelah
agak reda kekesalannya, Paman Alfred berkata, "Aku punya tawaran untuk kalian,
bagaimana kalau kita tukar tempat?, kalian boleh menempati kamarku sebagai tempat
kalian", ujar Paman Alfred kepada rakun-rakun itu. Rakun-rakun itu setuju. Esok malam
mereka menempati kamar Paman Alfred, sedang Paman Alfred tidur di loteng. Setelah
menyanyi dan menari akhirnya rakun-rakun itu tertidur di kamar Paman Alfred.
Paman Alfred yang sudah sangat lelah tidak memikirkan lagi tempat tidurnya. Ia tertidur lelap
di loteng. Saking lelapnya, Paman Alfred bermimpi tentang rakun, ia bernyanyi dalam
mimpinya, persis seperti nyanyian yang di nyanyikan oleh 3 rakun. Tiga rakun yang tidur di
kamar Paman Alfred terbangun, mereka merasa terganggu dan takut mendengar suara yang
berasal dari loteng. Mereka segera berlarian keluar rumah dan akhirnya mereka tidak pernah
datang lagi ke rumah Paman Alfred. Akhirnya sejak saat itu, Paman Alfred bisa tidur dengan
nyenyak setelah bekerja seharian.




LANDI LANDAK YANG KESEPIAN
Di hutan yang rindang, hidup seekor anak landak yang merasa kesepian. Landi namanya.
Landi tidak mempunyai teman karena teman-temannya takut tertusuk duri tajam yang ada di
badannya. "Maaf Landi, kami ingin bermain denganmu, tapi durimu sangat tajam," kata Cici
dan teman-temannya. Tinggallah Landi sendirian. Ia hanya bisa bersedih. "Mengapa mereka
tidak mau berteman dan bermain denganku?, padahal tidak ada seekor binatang pun yang
pernah tertusuk duriku," gumam Landi.
Hari-hari berikutnya Landi hanya melamun di tepi sungai. "Ah, andai saja semua duriku ini
hilang, aku bisa bebas bermain dengan teman-temanku", kata Landi dalam hati. Landi
merasa tidaklah adil hidupnya ini, selalu dijauhi teman-temannya. Ketika sedang asyik
dengan lamunannya, muncullah Kuku Kura-kura. "Apa yang sedang kau lamunkan, Landi?"
sapa kuku mengejutkan. "Ah, tidak ada," jawab Landi malu. "Jika kau mempunyai masalah,
aku siap mendengarkannya," kata Kuku.
Kuku kura-kura kemudian duduk di sebelah Landi. Lalu Landi
mulai bercerita tentang masalahnya. "Kau tak perlu khawatir.
Aku bersedia menjadi sahabatmu. Percayalah!" kata kuku
sambil menjabat tangan Landi. Betapa girangnya hati Landi.
Kini ia mempunyai teman. "Tempurungmu tampak begitu berat.
Apa kau tidak merasa tersiksa?" tanya Landi. "Oh, sama sekali
tidak. Justru tempurung ini sangat berguna. Tempurung ini bisa
melindungiku. Jika ada bahaya, aku hanya perlu menarik kaki
dan kepalaku ke dalam.
Hebat kan? Selain itu aku tak perlu repot mencari tempat tinggal. "Rumahku ini bisa
berpindah-pindah sesuai keinginanku", kata Kuku kura-kura sambil mempraktekkan apa yang
dikatakannya. Landi landak merasa terhibur.
Suatu hari, teman Landi yang bernama Sam Kodok berulang tahun. Semua diundang,
termasuk Landi Landak. "Ayo Landi, kau harus datang ke pesta itu," bujuk Kuku kura-kura.
"Aku tidak mau karena nanti teman-teman yang lain pasti akan menjauhiku karena takut



tertusuk duri," kata Landi dengan sedih. "Jangan khawatir, kau kan tidak sendirian. Aku akan
menemanimu. Di sana banyak kue yang lezat dam tentu saja buah apel loh!" Mendengar
kata apel, Landi menjadi tergoda. Ia memang sangat menyukai apel. Akhirnya Landi mau
juga berangkat bersama Kuku kura-kura.
Pesta Sam kodok sangat meriah. Wangi aneka bunga tercium disetiap sudut ruangan. Ada
dua meja panjang diletakkan di sisi kiri dan kanan halaman Sam kodok. Di atasnya tersedia
berbagai macam kue dan buah-buahan. "Lihat! Di dekat meja ada satu tong sirup apel!, kata
Landi".
Landi dan Kuku kura-kura memberikan selamat pada Sam kodok.
Setelah meniup lilin. Semua bertepuk tangan sambil bernyanyi
"Selamat Ulang Tahun". Pada saat berdansa, semua yang
diundang menghindar dari Landi landak. Mereka takut tertusuk
duri Landi landak. Akhirnya, Kuku kura-kura lah yang menemani
Landi berdansa.
Tiba-tiba, pesta yang mengasyikkan itu terhenti dengan teriakan Tito. Ia datang sambil berlari
ketakutan. "Awas! Serigala jahat datang! Tolong...! Tolong...! Teriaknya dengan napas
tersengal-sengal. Semua menjadi ketakutan. Mereka berlarian menyelamatkan diri. Karena
tidak bisa berlari, Kuku kura-kura langsung memasukkan
kepala dan kakinya ke tempurung rumahnya. Sedangkan Landi
Landak segera menggulung tubuhnya menjadi seperti bola.
Serigala jahat yang mengejar teman-teman Landi tidak melihat
tubuh Landi. Tiba-tiba, "Brukk, aduhhh..." teriak serigala jahat. Ia
tertusuk duri tajam Landi Landak. Sambil menahan sakit, Serigala
jahat langsung lari tunggang langgang. Maka selamatlah Landi
dan teman-temannya.
"Hore..! Hore...! Hidup Landi Landak!" semua binatang mengelukan Landi. Landi menjadi
tersipu malu karenanya. "Maafkan aku Landi, selama ini aku menjauhimu. Padahal kau tidak
pernah menyakitiku. Ternyata duri tajammu itu telah menyelamatkan kita semua," sesal Cici
Kelinci. Akhirnya semua yang datang ke pesta Sam Kodok meminta maaf pada Landi Landak
karena telah menjauhinya kemudian mereka pun berterima kasih pada Landi Landak karena
telah melindungi mereka dari serigala jahat. Kini, Landi Landak tidak merasa kesepian lagi.
Teman-temannya tidak takut lagi akan durinya yang tajam. Bahkan mereka merasa aman
jika Landi berada di dekat mereka.

http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6572253675218652031#editor/src=dashboard

Tidak ada komentar:

Posting Komentar