|
|
SEMUT DAN KEPOMPONG
|
Di suatu hutan yang rindang, hidup berbagai binatang
buas dan jinak. Ada kelinci, burung,
|
kucing, capung, kupu-kupu dan yang lainnya. Pada suatu
hari, hutan dilanda badai yang
|
sangat dahsyat. Angin bertiup sangat kencang, menerpa
pohon dan daun-daun. Kraak!
|
terdengar bunyi dahan-dahan berpatahan. Banyak hewan
yang tidak dapat menyelamatkan
|
dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam
tanah. Badai baru berhenti ketika pagi
|
menjelang. Matahari kembali bersinar hangatnya.
|
Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si
semut
|
terlindung dari badai karena ia bisa masuk ke
sarangnya di
|
dalam tanah. Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor
|
kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. Si
|
semut bergumam, "Hmm, alangkah tidak enaknya
menjadi
|
kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana".
"Menjadi
|
kepompong memang memalukan!". "Coba lihat
aku, bisa pergi
|
ke mana saja ku mau", ejek semut pada kepompong.
Semut
|
terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang
|
berhasil ditemuinya.
|
Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan yang
berlumpur. Ia
|
tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa
menghisap dirinya
|
semakin dalam. "Aduh, sulit sekali berjalan di
tempat becek seperti
|
ini," keluh semut. Semakin lama, si semut semakin
tenggelam dalam
|
lumpur. "Tolong! tolong," teriak si semut.
|
"Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya?"
Si semut terheran mendengar suara itu. Ia
|
memandang kesekelilingnya mencari sumber suara.
Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah
|
terbang mendekatinya. "Hai, semut aku adalah
kepompong yang dahulu engkau ejek.
|
Sekarang aku sudah menjadi kupu-kupu. Aku bisa pergi
ke mana saja dengan sayapku.
|
Lihat! sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu
kan?" "Yah, aku sadar. Aku mohon maaf
|
karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku
sekarang?" kata si semut pada kupu-
|
kupu.
|
Akhirnya kupu-kupu menolong semut yang terjebak dalam
lumpur penghisap. Tidak berapa
|
lama, semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut.
Setelah terbebas, semut
|
mengucapkan terima kasih pada kupu-kupu. "Tidak
apa-apa, memang sudah kewajiban kita
|
untuk menolong yang sedang kesusahan bukan?, karenanya
kamu jangan mengejek hewan
|
lain lagi ya?" Karena setiap makhluk pasti
diberikan kelebihan dan kekurangan oleh yang
|
Maha Pencipta. Sejak saat itu, semut dan kepompong
menjadi sahabat karib.
|
HIKMAH :Sesama makhluk ciptaan Tuhan, janganlah saling
mengejek dan menghina,
|
karena siapa tahu yang dihina lebih baik kedudukannya
daripada yang menghina.
|
|
|
|
SERULING AJAIB
|
Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu.
"Ternyata enak juga jalan-jalan di hutan
|
bambu, sejuk dan begitu damai," kata kancil dalam
hati. Keasyikan berjalan membuat ia lupa
|
jalan keluar, lalu ia mencoba jalan pintas dengan
menerobos pohon-pohon bambu. Tapi yang
|
terjadi si kancil malah terjepit diantara batang pohon
bambu. "Tolong! Tolong!" teriak kancil.
|
Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat
terjepit. Ia hanya berharap mudah-
|
mudahan ada binatang lain yang menolongnya.
|
Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang
|
beristirahat sambil mendengarkan kicauan burung. Ia
|
berkhayal bisa bernyanyi seperti burung. "Andai
aku bisa
|
bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang mau
mengajari aku
|
bernyanyi ya?", tanyanya dalam hati. Semilir
angin membuat
|
harimau terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia
mendengkur,
|
terdengar suara berderit- derit. Suara itu semakin
nyaring
|
karena terbawa angin. "Suara apa ya itu?"
kata harimau
|
"Yang pasti bukan suara kicauan burung,
sepertinya suaranya
|
datang dari arah hutan bambu, lebih baik aku selidiki
saja," ujar si
|
harimau. Suara semakin jelas ketika harimau sampai di
hutan
|
bambu. Ia mendapati ternyata seekor kancil sedang
terjepit
|
diantara pohon-pohon bambu. "Wah aku beruntung
sekali hari ini,
|
tanpa susah payah hidangan lezat sudah tersedia",
ujar harimau
|
kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat tubuh
kancil yang
|
gemuk. Kancil sangat ketakutan. "Apa yang harus
kulakukan agar
|
bisa lolos dengan selamat?", pikir si kancil.
|
"Harimau yang baik, janganlah kau makan aku,
tubuhku yang kecil pasti tak akan
|
mengenyangkanmu." "Aku tak perduli, aku
sudah lama menunggu kesempatan ini," ujar si
|
harimau. Angin tiba-tiba berhembus lagi,
kriet....kriet... "Suara apa itu?", Tanya Harimau
|
penasaran. "Itu suara seruling ajaibku,"
jawab kancil dengan cepat. Otaknya yang cerdik
|
telah menemukan suatu cara untuk meloloskan diri.
"Aku bersedia mengajarimu asalkan
|
engkau tidak memangsaku, bagaimana?" Tanya si
kancil.
|
Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena ia
memang
|
ingin dapat bernyanyi seperti burung. Ia berpikir
meniup
|
seruling tidak kalah hebat dengan bernyanyi. Tangan si
kancil
|
pura-pura asyik memainkan seruling seiring dengan
hembusan
|
angin. Sementara harimau memperhatikan dengan serius.
"Koq
|
lagunya hanya seperti itu?", Tanya harimau.
"ini baru nada
|
dasar", jawab kancil.
|
"Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan
dulu batang bambu ini dari tubuhku",
|
kata si kancil. Harimau melakukan apa yang dikatakan
kancil hingga akhirnya kancil terbebas
|
dari jepitan pohon bambu. "Nah, sekarang masukkan
lehermu dan julurkan lidahmu pada
|
batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan",
Kancil menerangkan dengan serius. "Jangan
|
heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi
kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus
|
lho." "Untung ada si harimau, hmm bodoh
sekali dia, mana ada seruling ajaib," kata kancil
|
dalam hati. "Harimau yang telah terjepit di
antara batang bambu tidak menyadari bahwa ia
|
telah ditipu si kancil. "Kau mau pergi kemana,
Cil?", Tanya harimau. "Aku mau minum dulu,
|
tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup
seuling," jawab si kancil. "Masa aku harus
|
belajar sendiri?", tanya harimau lagi. "Aku
pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kau
|
harus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil
pergi meninggalkan harimau.
|
Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir
dan semakin lama semakin kencang.
|
Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan
dan berderit-derit. "Hore aku bisa!",
|
|
|
|
seru harimau bersemangat. Karena terlalu bersemangat
meniup, lidah harimau menjadi
|
terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak
kesakitan dan segera menarik lidahnya dari
|
jepitan batang bambu. "Wah ternyata aku telah
ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya
|
aku ini!, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang
bambu yang bergesekan. "Grr, benar-
|
benar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si
kancil", kata harimau.
|
Setelah lelah mencari si kancil, akhirnya harimau
beristirahat di
|
bawah pohon. Angin berhembus kembali.
Kriet..kriet..kriet
|
membuat batang-batang bambu saling bergesekan dan
berderit-
|
derit. Hal ini membuat amarah harimau sedikit reda. Ia
jadi
|
mengantuk dan akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia
bermimpi dapat
|
meniup seruling asli. Membuat para binatang menari dan
|
menyanyi.
|
|
KERA JADI RAJA
|
Sang Raja hutan "Singa" ditembak pemburu,
penghuni hutan
|
rimba jadi gelisah. Mereka tidak mempunyai Raja lagi.
Tak berapa
|
lama seluruh penghuni hutan rimba berkumpul untuk
memilih
|
Raja yang baru. Pertama yang dicalonkan adalah Macan
Tutul,
|
tetapi macan tutul menolak. "Jangan, melihat
manusia saja aku
|
sudah lari tunggang langgang," ujarnya.
"Kalau begitu Badak
|
saja, kau kan amat kuat," kata binatang lain.
"Tidak-tidak,
|
penglihatanku kurang baik, aku telah menabrak pohon
berkali-kali." "Oh! mungkin Gajah saja
|
yang jadi Raja, badan kau kan besar..", ujar
binatang-binatang lain. "Aku tidak bisa berkelahi
|
dan gerakanku amat lambat," sahut gajah.
|
Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan
raja pengganti. Ketika
|
hendak bubar, tiba-tiba kera berteriak, "Manusia
saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah
|
membunuh Singa". "Tidak mungkin," jawab
tupai.
|
"Coba kalian semua perhatikan aku, aku mirip
dengan manusia
|
bukan?, maka akulah yang cocok menjadi raja,"
ujar kera. Setelah
|
melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera
menjadi raja
|
yang baru. Setelah diangkat menjadi raja, tingkah laku
Kera sama
|
sekali tidak seperti Raja. Kerjanya hanya
bermalas-malasan
|
sambil menyantap makanan yang lezat-lezat.
|
Penghuni binatang menjadi kesal, terutama srigala.
Srigala berpikir, "bagaimana si kera bisa
|
menyamakan dirinya dengan manusia ya?, badannya saja
yang sama, tetapi otaknya tidak".
|
Srigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera.
"Tuanku, saya menemukan makanan
|
yang amat lezat, saya yakin tuanku pasti suka. Saya
akan antarkan tuan ke tempat itu," ujar
|
srigala. Tanpa pikir panjang, kera, si Raja yang baru
pergi bersama srigala.
|
|
|
Di tengah hutan, teronggok buah-buahan kesukaan kera.
Kera
|
yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu.
Ternyata, si
|
kera langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang
|
disergapnya ternyata jebakan yang dibuat manusia.
"Tolong!
|
tolong," teriak kera, sambil berjuang keras agar
bisa keluar dari
|
perangkap.
|
"Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang raja
bisa berlaku bodoh, terjebak dalam
|
perangkap yang dipasang manusia, Raja seperti kera
mana bisa melindungi rakyatnya," ujar
|
srigala dan binatang lainnya. Tak berapa lama setelah
binatang-binatang meninggalkan kera,
|
seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera
di dalamnya, ia langsung membawa
|
tangkapannya ke rumah.
|
HIKMAH :Perlakukanlah teman-teman kita
dengan baik, janganlah sombong dan
|
bermalas-malasan. Jika kita sombong dan memperlakukan
teman-teman semena-
|
mena, nantinya kita akan kehilangan
mereka.
|
|
MIA DAN SI KITTY
|
Mia adalah seorang anak yang baik hati. Ia tinggal
bersama
|
orangtuanya di suatu desa. Karena ramah dan baik hati,
ia
|
mempunyai banyak teman di lingkungan rumah maupun
|
sekolahnya. Mia adalah anak terkecil diantara 4
bersaudara. Setiap
|
harinya, Mia dan kakak-kakaknya selalu diajari
kedisiplinan dan
|
budi pekerti oleh orangtuanya. Mia sangat senang
dengan binatang.
|
Binatang yang ada di rumahnya, dipeliharanya dengan
rajin. Sudah
|
lama Mia ingin memelihara kucing, tetapi Ibunya
melarang binatang
|
peliharaan yang dipelihara di dalam rumah karena
membuat rumah
|
kotor.
|
Suatu hari, Mia sedang pergi menuju sekolahnya. Ia
pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.
|
Jarak antara rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh
hanya 300 meter. Di tengah jalan, ia
|
melihat seekor anak kucing yang masih kecil terjatuh
ke dalam selokan. Mia merasa kasihan
|
dengan anak kucing itu. Lalu ia mengangkat anak kucing
itu dari selokan dan menaruhnya di
|
tempat yang aman kemudian Mia melanjutkan
perjalanannya ke sekolah. Bel tanda masuk
|
berbunyi. Mia dan teman-temannya segera masuk ke
kelas.
|
Di sekolahnya, Mia termasuk anak yang cerdas. Ia
selalu masuk dalam rangking 3 besar. Ia
|
sering mengadakan kelompok belajar bersama
teman-temannya di waktu istirahat maupun
|
setelah pulang dari sekolah. Dalam kelompok belajar
itu, mereka membahas pelajaran yang
|
telah mereka dapatkan dan juga membahas pekerjaan
rumah yang diberikan oleh guru.
|
Kriiingg... Bel tanda waktu pulang berbunyi! Mia dan
teman-temannya segera bergegas
|
membereskan buku-bukunya dan segera keluar ruangan.
|
Di perjalanan pulang, ketika sedang mengobrol dengan
teman-temannya, Mia melihat anak
|
kucing yang tadi pagi dilihatnya dalam selokan. Anak
kucing itu mengeong-ngeong sambil
|
terus mengikuti Mia. Mia tidak sadar ia diikuti oleh
anak kucing itu. Sesampainya di rumah,
|
ketika akan menutup pintu, Mia terkejut karena ada
anak kucing mengeong sekeras-
|
kerasnya. Mia baru menyadari kalau anak kucing yang
ditolongnya, mengikutinya sampai
|
rumah.
|
Mia mohon pada Ibunya, agar ia di izinkan memelihara
kucing kecil itu. "Tidak boleh!, nanti
|
|
hewan itu membuat kotor rumah", ujar Ibu Mia.
"Tapi bu, kasihan kucing ini! ia tidak punya
|
tempat tinggal dan tidak punya orangtua", kata
Mia. Setelah beberapa saat, akhirnya Ibu
|
membolehkan Mia memelihara kucing dengan syarat
binatang itu tidak boleh ditelantarkan
|
dan jangan sampai mengotori rumah.
|
Sejak saat itu, Mia memelihara anak kucing itu. Setiap
hari ia memberi minum dan makan
|
anak kucing itu. Lama-lama Mia menjadi sangat sayang
dengan anak kucing itu. Mia
|
memberi nama anak kucing itu Kitty. Semenjak
dipelihara Mia, Kitty menjadi bersih dan
|
gemuk, bulunya yang berbelang tiga membuatnya tambah
lucu.
|
Beberapa bulan kemudian, Si Kitty menjadi besar. Suatu
hari, Mia melihat seekor burung
|
kutilang yang tergeletak di halaman rumahnya. Mia
mendekati burung kutilang itu dan
|
mengangkatnya. Ternyata burung kutilang itu terluka
sayapnya dan tidak bisa terbang. Mia
|
merawat burung itu dengan penuh kasih sayang. Si Kitty
merasa cemburu karena merasa
|
Mia menjadi lebih sayang pada burung kutilang
daripadanya. Padahal Mia tetap menyayangi
|
si Kitty. Karena merasa tidak diperhatikan lagi,
setiap Mia tidak ada, si Kitty selalu menakut-
|
nakuti burung kutilang tersebut.
|
Setelah dirawat Mia selama seminggu, burung kutilang
itu jadi sembuh. Beberapa hari
|
kemudian, ketika Mia baru pulang dari sekolah, ia
melihat pintu kandang burung kutilangnya
|
terbuka dan ada bercak darah di bawah kandang burung
kutilangnya. Mia berpikir jangan-
|
jangan si Kitty memakan burung Kutilangnya. Ketika
melihat si Kitty, Mia jadi lebih curiga
|
karena pada mulut si Kitty terdapat bercak darah.
Karena saking kesalnya, Mia mengambil
|
sapu dan mengejar si Kitty untuk dipukul. Si Kitty
segera berlari masuk ke kolong tempat
|
tidur.
|
Ketika melihat ke kolong Mia sangat terkejut karena
ada seekor ular yang sudah mati di
|
bawah kolong tempat tidurnya. Akhirnya Mia sadar, si
Kitty telah menyelamatkannya dengan
|
menggigit ular tersebut. Mia baru ingat kalau ia lupa
menutup pintu sangkar burungnya. Mia
|
menyesal ketika ingat akan memukul si Kitty. Padahal
kalau tidak ada si Kitty mungkin ular
|
tersebut masih hidup dan bisa mencelakainya. Akhirnya
Mia sadar akan kesalahannya dan
|
memeluk si Kitty dengan erat. Sejak kejadian itu, Mia
jadi lebih sayang dengan Si Kitty.
|
BENDE WASIAT
|
Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil
membasuh
|
mukanya. "Hmm, gagah juga aku ini, tubuhku kuat
berotot dan
|
warna lorengku sangat indah," kata harimau dalam
hati.
|
Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan
berbuat
|
semena-mena pada binatang lain yang lebih kecil dan
lemah. Si
|
kancil akhirnya tidak tahan lagi. "Benar-benar
keterlaluan si
|
harimau!" kata Kancil menahan marah. "Dia
mesti diberi pelajaran!
|
Biar kapok!
|
Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan
kelinci. Mereka berbincang-bincang
|
tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide
bagaimana cara membuat si
|
harimau kapok.
|
|
|
|
Setelah lama terdiam, "Hmm, aku ada ide,"
kata si kancil tiba-
|
tiba. "Tapi kau harus menolongku," lanjut si
kancil. "Begini,
|
kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu
|
karena telah menggangguku, dan katakan juga pada si
|
harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang
berani
|
menggangguku, termasuk harimau, karena aku sedang
|
menjalankan tugas penting," kata kancil pada
kelinci. "Tugas
|
penting apa, Cil?" tanya kelinci heran. "
Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti
|
mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung
jalan itu. Aku akan menunggu
|
Harimau disana." "Tapi aku takut Cil, benar
nih rencanamu akan berhasil?", kata kelinci.
|
"Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku
si kancil yang cerdik". "Iya, iya. Aku
|
percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu
jadi lebih sombong dari si harimau
|
lagi."
|
Si kelincipun berjalan menemui harimau yang sedang
bermalas-
|
malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang
terjadi
|
padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau
menjadi
|
geram mendengarnya. "Apa? Kancil mau menghajarku?
Grr,
|
berani sekali dia!!, kata harimau. Seperti yang
diharapkan,
|
harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada.
"Itu dia si
|
Kancil!" kata Kelinci sambil menunjuk ke arah
sebatang pohon
|
besar di ujung jalan.
|
"Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti
jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita
|
padamu, nanti aku dihajar lagi," kata kelinci. Si
kelinci langsung berlari masuk dalam semak-
|
semak.
|
"Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku
ya?" Tanya harimau sambil marah. "Jangan
|
bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas
penting". "Tugas penting apa?".
|
Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang
|
tergantung pada dahan pohon di atasnya. "Aku
harus menjaga
|
bende wasiat itu." Bende wasiat apa sih
itu?" Tanya harimau
|
heran. "Bende adalah semacam gong yang berukuran
kecil,
|
tapi bende ini bukan sembarang bende, kalau dipukul
suaranya
|
merdu sekali, tidak bisa terlukis dengan kata-kata.
Harimau jadi
|
penasaran. "Aku boleh tidak
|
memukulnya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini
akan hilang setelah mendengar
|
suara merdu dari bende itu." "Jangan,
jangan," kata Kancil. Harimau terus membujuk si
|
Kancil. Setelah agak lama berdebat, "Baiklah,
tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau
|
terjadi apa-apa ya?", kata si kancil.
|
Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon
dan memukul bende itu. Tapi yang
|
terjadi. Ternyata bende itu adalah sarang lebah!
Nguuuung!..nguuuung!..nguuuung!..
|
sekelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena
merasa diganggu. Lebah-lebah
|
itu mengejar dan menyengat si harimau. "Tolong!
Tolong!" teriak harimau kesakitan sambil
|
berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai.
Byuur! Harimau langsung melompat masuk
|
ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan
lebah. "Grr, awas kau Kancil!" teriak
|
Harimau menahan marah. "Aku dibohongi lagi. Tapi
pusingku kok menjadi hilang ya?".
|
Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat,
harimau tidak terlalu kecewa, sebab
|
kepalanya tidak pusing lagi.
|
"Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari
terbirit-birit disengat lebah," kata kancil.
|
"Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah
bukan?". "Aku harap harimau bisa
|
mengambil manfaat dari kejadian ini," kata
kelinci penuh harap."
|
|
|
|
KELELAWAR YANG PENGECUT
|
Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang
menyantap makanan. Tiba-tiba
|
seekor burung elang terbang rendah dan menyambar
makanan kepunyaan Singa. "Kurang
|
ajar", kata singa.
|
Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga
memerintahkan
|
seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang
|
terhadap bangsa burung. "Mulai sekarang segala
jenis burung
|
adalah musuh kita, usir mereka semua, jangan
disisakan!" kata
|
Singa. Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah
|
diperlakukan sama oleh bangsa burung.
|
Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke
sarangnya. Kesempatan itu digunakan
|
oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang.
Burung-burung kocar-kacir melarikan
|
diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat
dengan jelas di malam hari
|
sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa
dan anak buahnya.
|
Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa
cemas, sehingga ia bergegas
|
menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,
"Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus,
|
walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk
bergabung dengan kelompokmu,
|
Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur
melawan burung-burung itu". Tanpa
|
berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk
dalam kelompoknya.
|
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali
menyerang kelompok burung dan
|
berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang
pagi, ketika kelompok Singa sedang
|
istirahat kelompok burung menyerang balik mereka
dengan melempari kelompok singa
|
dengan batu dan kacang-kacangan.
|
"Awas hujan batu," teriak para binatang
kelompok singa sambil
|
melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal
tersebut
|
sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung dengan
|
kelompok burung. Ia menemui sang raja burung yaitu
burung
|
Elang. "Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung
seperti kalian".
|
Elang menerima kelelawar dengan senang hati.
|
Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau
badak
|
sambil memegang busur dan anak panah. Kepala mereka
|
dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa agar
tidak mempan
|
dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa
yang
|
dilakukan kelelawar?. Ia bolak balik berpihak kepada
kelompok
|
yang menang. Sifat pengecut dan tidak berpendirian
yang dimiliki
|
kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok
singa dan
|
kelompok burung.
|
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling
bermusuhan. Merekapun bersahabat kembali
|
dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari
lingkungan mereka. Kelelawar merasa
|
sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang
gelap. Ia baru menampakkan diri bila
|
malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi.
|
|
|
|
|
Si Kancil KENA BATUNYA
|
Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni
hutan mengantuk. Begitu juga
|
dengan Si Kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia
berjalan-jalan di hutan sambil
|
membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata,
"Siapa yang tak kenal Kancil. Si pintar,
|
si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti
selesai olehku". Ketika sampai di sungai, ia
|
segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air
yang begitu jernih membuat Kancil
|
dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. "Buaya,
Gajah, Harimau semuanya binatang
|
bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku
perdaya".
|
Si Kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan
oleh
|
seekor Siput yang sedang duduk di bongkahan batu yang
besar. Si
|
Siput berkata, "Hei Kancil, kau asyik sekali
berbicara sendirian. Ada
|
apa? Kamu sedang bergembira?". Kancil
mencari-cari sumber
|
suara itu. Akhirnya ia menemukan letak Si Siput.
|
"Rupanya sudah lama kau memperhatikanku
ya?". Siput yang kecil
|
dan imut-imut. Eh bukan!. "Kamu memang kecil tapi
tidak imut-imut,
|
melainkan jelek bagai kotoran ayam". Ujar Si
Kancil. Siput terkejut
|
mendengar ucapan Si Kancil yang telah menghina dan
membuatnya
|
jengkel. Lalu Siputpun berkata, "Hai Kancil!,
kamu memang cerdik
|
dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu
cepat".
|
Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu
depan.
|
Setelah Si Kancil pergi, Siput segera memanggil dan
|
mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong
|
teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya
|
harus berada di jalur lomba. "Jangan lupa, kalian
|
bersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu
|
harus segera muncul jika Si Kancil memanggil, dengan
|
begitu kita selalu berada di depan Si Kancil,"
kata Siput.
|
Hari yang dinanti tiba. Si Kancil datang dengan
sombongnya, merasa ia pasti akan sangat
|
mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan
Kancil untuk berlari duluan dan
|
memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia
sampai. Perlombaan dimulai.
|
Kancil berjalan santai, sedang Siput segera menyelam
ke dalam air. Setelah beberapa
|
langkah, Kancil memanggil Siput.
|
Tiba-tiba Siput muncul di depan Kancil sambil berseru,
"Hai
|
Kancil! Aku sudah sampai sini." Kancil terheran-heran,
segera
|
ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil Si
|
Siput lagi. Ternyata Siput juga sudah berada di
depannya.
|
Akhirnya Si Kancil berlari, tetapi tiap ia panggil Si
Siput, ia
|
selalu muncul di depan Kancil. Keringatnya bercucuran,
|
kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.
Ketika hampir finish, ia memanggil
|
Siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir Siput
sudah tertinggal jauh dan ia akan
|
menjadi pemenang perlombaan. Si Kancil berhenti
berlari, ia berjalan santai sambil
|
beristirahat. Dengan senyum sinis
|
|
Kancil berkata, "Kancil memang tiada
duanya." Kancil
|
dikagetkan ketika ia mendengar suara Siput yang sudah
|
duduk di atas batu besar. "Oh kasihan sekali kau
Kancil.
|
Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari?".
Ejek Siput.
|
"Tidak mungkin!", "Bagaimana kamu bisa
lebih dulu sampai,
|
padahal aku berlari sangat kencang", seru Si
Kancil.
|
"Sudahlah akui saja kekalahanmu," ujar
Siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a
|
dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya.
Kancil menundukkan kepala dan mengakui
|
kekalahannya. "Sudahlah tidak usah sedih, aku
tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin
|
kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan
kepandaian dan kecerdikanmu dalam
|
menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui
bahwa semua binatang mempunyai
|
kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan
suka menghina dan menyepelekan
|
mereka", ujar Siput. Siput segera menyelam ke
dalam sungai. Tinggallah Si Kancil dengan
|
rasa menyesal dan malu.
|
HIKMAH
|
:
|
Janganlah suka menyombongkan diri dan menyepelekan
orang lain, walaupun kita
|
memang cerdas dan pandai.
|
|
KANCIL DAN TIKUS
|
Di hutan hiduplah dua ekor kancil. Mereka bernama
Kanca dan Manggut. Kedua ekor kancil
|
itu bersaudara. Manggut adalah kakak dari Kanca.
Sebaliknya, Kanca adalah adik dari
|
Manggut. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat
mereka sangatlah berbeda. Kanca rajin
|
dan baik hati. Sedangkan Manggut pemalas dan suka
menjahili teman.
|
Suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas
mencari makan. Akhirnya Manggut
|
mencuri makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada
Manggut di mana makanannya,
|
Manggut menjawab dicuri tikus.
|
"Ah, mana mungkin dimakan tikus!" kata
Kanca. "Iya, kok! Masa sama kakaknya tidak
|
percaya!" jawab Manggut berbohong.
|
Mulanya Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut.
Tetapi setelah Manggut
|
mengatakannya berkali-kali akhirnya Kanca percaya
juga. Kanca memanggil tikus ke
|
rumahnya.
|
"Tikus, apakah kamu mencuri makananku?"
tanya Kanca pada tikus. "Ha? Mencuri? Berpikir
|
saja aku belum pernah!" jawab tikus. "Ah, si
tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca!
|
Dia pasti berbohong," kata Manggut. "Ya,
sudahlah! Tikus, sebagai gantinya ambilkan
|
makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga
mengambil makanan dari sana, kok!" kata
|
Kanca mengakhiri percakapan.
|
Tikus berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki perahu kecil
untuk menuju seberang sungai.
|
Sebenarnya tikus tahu kalau Manggut yang mencuri
makanan. Sementara itu, di bagian
|
sungai yang lain, Manggut cepat-cepat menyeberangi
sungai. Ia hendak memasang
|
perangkap tikus agar tikus terperangkap.
|
|
|
Ketika tikus hampir mendekati seberang sungai, tikus
melihat
|
perangkap. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang
oleh Manggut.
|
Tiba-tiba tikus mendapat ide. Tikus berpura-pura
tenggelam dalam
|
sungai. "Aaa... Manggut, tolong aku...!"
teriak tikus. Mendengar itu
|
Manggut segera menolong tikus. Tikus meminta Manggut
|
mengantarkannya ke seberang sungai. Manggut tidak bisa
berbuat apa-
|
apa. Ia mengantarkan tikus ke seberang sungai.
|
Sesampai di seberang sungai tikus meminta Manggut
menemani tikus mengambil makanan.
|
Karena Manggut tidak hati-hati, kakinya terperangkap
dalam perangkap tikus. Manggut
|
menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan
mengulanginya lagi.
|
Oleh : Aishah Rumaysa P.
|
|
MONI, MONYET YANG LICIK
|
Siang itu angin berhembus sepoi-sepoi. Moni duduk di
dahan sambil mengantuk. Tiba-tiba
|
perutnya berbunyi keroncongan dan terasa lapar. Ia
membayangkan betapa enaknya bila
|
makan buah-buahan. Tetapi ia kemudian tersentak
mengingat kata-kata temannya. Ia
|
dikatakan sebagai si Serakah, si Rakus, si Tukang
Makan, dan sebagainya. Bahkan ia
|
terngiang kata-kata pak tani yang memarahinya.
"Awas, kalau mencuri lagi! Kubunuh, Kau!
|
Kalau kau ingin makan buah-buahan tanamlah sendiri!
Bekerja dan berusahalah dengan
|
baik!" kata petani dengan geram. Bulu kuduknya
berdiri ketika ia teringat pernah dipukuli
|
ketika mencuri pisang dan mangga di kebun pak tani.
|
Moni kemudian berpikir bagaimana cara mendapatkan
makanan
|
agar tidak dimarahi orang. "Ah, lebih baik saya
mencari sahabat
|
karibku! Mudah-mudahan ia dapat membantuku," kata
Moni
|
dalam hati. Ia kemudian turun dari pohon dan berjalan
mencari
|
katak sahabat karibnya. Setibanya di pematang sawah,
sambil
|
bernyanyi ia memanggil sahabat karibnya tersebut.
|
"Pung... ketipung ... pung! He... he... he...!
Katak sahabatku, mengapa engkau sudah lama
|
tak muncul? Ini sahabatmu datang! Saya rindu sekali
padamu! Muncullah ... muncullah!"
|
Mendengar nyanyian tersebut katak muncul sambil
bernyayi "Teot... teot! Teot... teblung! Ini
|
aku si Katak datang!" Aku juga rindu padamu.
Bagaimana aku muncul, bila kau sendiri tak
|
muncul?" Kedua binatang tersebut kemudian
berbincang-bincang untuk melepaskan
|
kerinduannya. Pada kesempatan itu juga si Monyet
menyampaikan maksudnya.
|
"Katak sahabatku, bagaimana kalau kita bekerja
sama untuk menanam buah-buahan," ajak
|
monyet. "Wah, saya setuju sekali. Tetapi buah apa
ya yang paling enak dan paling mudah
|
ditanam?" jawab Katak. "Lebih baik kita
menanam pisang saja! Bibitnya mudah didapat dan
|
cara menanamnyapun mudah, bagaimana?" kata monyet
sambil bertanya. "Baiklah, saya
|
akan mencari bibitnya. Biasanya banyak batang pohon
pisang yang hanyut di sungai. Mari
|
kita ke tepi sungai!" jawab katak sambil mengajak
monyet. Mereka kemudian ke tepi sungai
|
sambil berbincang-bincang dengan akrabnya. Sesampainya
di tepi sungai ia bermain-main
|
sambil menunggu bila ada batang pisang yang hanyut.
Benar juga! Tak lama kemudian ada
|
sebatang pohon pisang yang hanyut.
|
"Nah, itu dia!" Teriak katak sambil menunjuk
batang pisang yang hanyut. "Mari kita seret ke
|
tepi!" ajak moni. "Mari!" jawab katak.
Mereka terjun ke sungai dan menyeret batang pisang ke
|
tepi sungai. Sesampainya di tepi, mereka angkat batang
pisang itu ke daratan. Mereka
|
kemudian menunggu kalau ada batang pisang yang hanyut
lagi tetapi tak kunjung datang.
|
"Menunggu itu membosankan," kata monyet
menggerutu. "Ya, kalau begitu besok kita ke sini
|
lagi! Kita tunggu bila ada batang pisang yang hanyut
lagi! Yang ini untukku," kata katak
|
sambil memegang batang pisang. "Ah, jangan
curang! Ini milik kita berdua. Dari pada
|
menunggu sampai besok sebaiknya kita bagi saja batang
pohon pisang ini sekarang," kata
|
monyet.
|
"Baiklah, kita potong saja batang pohon pisang
ini menjadi dua. Kamu bagian bawah sedang
|
saya yang bagian atas" kata katak. "Ah,
jangan curang! Yang dapat berbuah kan bagian
|
atas! Saya sangat memerlukan buah itu dari pada kamu.
Nanti yang bagian bawah juga
|
dapat berbuah," kata monyet membujuk katak.
"Baiklah, kita kan bersahabat. Seorang
|
sahabat haruslah saling mengerti dan saling menolong.
Kita tidak boleh bertengkar hanya
|
karena perkara kecil. Bawalah yang bagian atas! Saya
cukup yang bagian bawah saja," kata
|
katak penuh perhatian. Mereka akhirnya membawa bagian
masing-masing ke hutan. Moni
|
membawa batang pisang bagian atas dan katak bagian
bawah untuk ditanam.
|
Setiap sebulan sekali monyet mengunjungi katak. Mereka
saling menanyakan tanamannya.
|
"Bagaimana tanaman pisangmu?" tanya moni.
"Ha... ha..., lihat saja itu! Subur bukan?!
|
Tanamanku sangat subur. Daunnya begitu lebat."
Jawab katak sambil menunjukkan
|
tanamannya. "Bagaimana dengan tanamanmu?"
tanya katak lebih lanjut. "Wah..., tanamanku
|
juga demikian!" jawab moni membohongi temannya.
Ia bohong karena tanamannya sudah
|
mati. Batang bagian atas tak mungkin hidup bila
ditanam. Bulan berikutnya moni datang lagi.
|
Ia bertanya kepada katak tentang tanamannya.
"Bagaimana tanamanmu?" tanya moni.
|
"Wah, tanaman pisangku sangat subur, dan sekarang
sudah berbuah. Bagaimana pula
|
tanamanmu?" jawab katak sambil menanyakan tanaman
si Moni. "Demikian juga tanamanku,
|
sudah berbuah. Bahkan buahnya besar-besar," jawab
moni berbohong. Mereka kemudian
|
berbincang-bincang sambil bergurau. Setelah selesai,
moni kembali ke hutan. Pada
|
kunjungan berikutnya ternyata buah pisangnya sudah
masak tetapi katak tidak dapat
|
memetiknya karena tidak dapat memanjat pohon pisang
tersebut. Katakpun meminta
|
bantuan kepada moni yang sedang berkunjung.
"Moni, tolong petikkan pisangku yang sudah
|
masak itu!" pinta katak kepada moni.
|
"Wah, dengan senang hati, mari kita ke
sana!" jawab moni sambil mengajak katak. Monipun
|
segera memanjat pohon pisang dan sesampainya di atas
ia segera memetik dan mencoba
|
memakannya. "Wah, ranum benar pisangmu!"
teriak moni dari atas pohon pisang. "Hai moni,
|
jangan kau makan sendiri saja. Cepat petikkan sesisir
dulu untukku" teriak katak sambil
|
memohon. "Ya, nanti dulu! Aku belum selesai
memakannya. " sahut moni. Satu, demi satu
|
dimakannya pisang tersebut oleh moni, setiap katak
meminta ada saja jawaban si Moni.
|
Katak tak pernah diberi. Bahkan si Katak hanya
dilempari kulitnya.
|
"Kamu lebih baik makan kulitnya saja, Tak! Ini
bagianmu, terimalah! kata moni. Katakpun
|
berang dilecehkan oleh moni. Ia pun berkata dalam hati
untuk memberikan pelajaran kepada
|
moni yang serakah tersebut. "Baiklah, habiskan
saja pisangku. Aku sudah tak berminat lagi.
|
Aku sudah kenyang makan nyamuk. Makanan utamaku kan
nyamuk, bukan pisang seperti
|
makananmu." kata katak dengan kesal. "Ha...
ha... ha..., katak...katak..., salahmu sendiri
|
kamu tak dapat memanjat. Kamu hanya dapat
meloncat-loncat saja. Coba perhatikan saya!
|
Saya dapat berjalan, meloncat dan memanjat.
Makanankupun lebih banyak jenisnya
|
daripada kamu. Kamu lebih baik makan nyamuk saja.
Pisang ini sebenarnya untukku bukan
|
untukmu," kata moni dengan congkak.
|
"Dasar moni serakah! Sudahlah, jangan banyak
bicara! Cepat habiskan saja pisangku!
|
Sebentar lagi batangnya akan saya tebang," kata
katak dengan marah. Selesai berbicara
|
katakpun mulai menebang batang pohon pisangnya. Moni
segera mempercepat makannya.
|
Tak terasa ia mulai kenyang dan mengantuk. Batang
pohon pisang mulai bergoyang dan
|
akan roboh tetapi moni tak dapat menahan kantuknya.
Lebih-lebih goyangannya batang
|
pohon pisang dianggapnya sebagai ayunan yang
meninabobokkan. Akhirnya ia jatuh.
|
Perutnya terkena ujung pohon kayu kering yang runcing
dan badannya tertimpa batang
|
pohon pisang.
|
|
|
KELEDAI PEMBAWA GARAM
|
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai
berjalan di pegunungan. Keledai itu
|
membawa beberapa karung berisi garam di punggungnya.
Karung itu sangat berat,
|
sementara matahari bersinar dengan teriknya.
"Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah
|
tidak kuat berjalan lagi," kata keledai. Di depan
sana, tampak sebuah sungai. "Ah, ada
|
sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar," kata
keledai dengan gembira.
|
Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan
byuur!
|
Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk
berdiri
|
kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai
berusaha untuk
|
berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia
|
merasakan beban di punggungnya semakin ringan.
Akhirnya
|
keledai itu bisa berdiri lagi. "Ya ampun,
garamnya habis!" kata
|
tuannya dengan marah. "Oh, maaf! garamnya larut
di dalam air
|
ya?" kata keledai.
|
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi
untuk membawa garam. Seperti biasa,
|
ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya.
"Tak lama lagi akan ada sungai di
|
depan sana," kata keledai dalam hati. Ketika berjalan
menyeberangi sungai, keledai
|
menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur!. Tentu
saja garam yang ada di punggungnya
|
menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan.
"Asyik! Jadi ringan!" kata keledai ringan.
|
Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan
sengaja, tuannya menjadi marah.
|
"Dasar keledai malas!" kata tuannya dengan
geram.
|
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa
kapas. Sekali lagi, ia berjalan
|
bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di
sungai, lagi-lagi keledai
|
menjatuhkan diri dengan sengaja.
|
Byuuur!. Namun apa yang terjadi? Muatannya menjadi
berat sekali.
|
Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat
batu. Mau tidak
|
mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang
ada di
|
punggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah
terik matahari
|
sambil membawa beban berat dipunggungnya.
|
HIKMAH
|
:
|
Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan
yang salah akan menyebabkan
|
kerugian bagi kita.
|
PUTRI MELATI WANGI
|
Di sebuah kerajaan, ada seorang putri yang bernama
Melati Wangi. Ia seorang putri yang
|
cantik dan pandai. Di rumahnya ia selalu menyanyi.
Tetapi sayangnya ia seorang yang
|
sombong dan suka menganggap rendah orang lain. Di
rumahnya ia tidak pernah mau jika
|
disuruh menyapu oleh ibunya. Selain itu ia juga tidak
mau jika disuruh belajar memasak.
|
"Tidak, aku tidak mau menyapu dan memasak nanti
tanganku kasar dan aku jadi kotor", kata
|
Putri Melati Wangi setiap kali disuruh menyapu dan
belajar memasak.
|
|
|
Sejak kecil Putri Melati Wangi sudah dijodohkan dengan
seorang pangeran yang bernama
|
Pangeran Tanduk Rusa. Pangeran Tanduk Rusa adalah
seorang pangeran yang tampan dan
|
gagah. Ia selalu berburu rusa dan binatang lainnya
tiap satu bulan di hutan. Karena itu ia
|
dipanggil tanduk rusa.
|
Suatu hari, Putri Melati Wangi berjalan-jalan di
taman. Ia melihat
|
seekor kupu-kupu yang cantik sekali warnanya. Ia ingin
|
menangkap kupu-kupu itu tetapi kupu-kupu itu segera
terbang.
|
Putri Melati Wangi terus mengejarnya sampai ia tidak
sadar
|
sudah masuk ke hutan. Sesampainya di hutan, Melati
Wangi
|
tersesat. Ia tidak tahu jalan pulang dan haripun sudah
mulai
|
gelap.
|
Akhirnya setelah terus berjalan, ia menemukan sebuah
gubuk yang biasa digunakan para
|
pemburu untuk beristirahat. Akhirnya Melati Wangi
tinggal digubuk tersebut. Karena tidak
|
ada makanan Putri Melati Wangi terpaksa memakan
buah-buahan yang ada di hutan itu.
|
Bajunya yang semula bagus, kini menjadi robek dan
compang camping akibat tersangkut
|
duri dan ranting pohon. Kulitnya yang dulu putih dan
mulus kini menjadi hitam dan tergores-
|
gores karena terkena sinar matahari dan duri.
|
Setelah sebulan berada di hutan, ia melihat Pangeran
Tanduk Rusa datang sambil
|
memanggul seekor rusa buruannya. "Hai Tanduk
Rusa, aku Melati Wangi, tolong antarkan
|
aku pulang," kata Melati Wangi. "Siapa?
Melati Wangi? Melati wangi seorang Putri yang
|
cantik dan bersih, sedang engkau mirip seorang
pengemis", kata Pangeran Tanduk Rusa. Ia
|
tidak mengenali lagi Melati Wangi. Karena Melati Wangi
terus memohon, akhirnya Pangeran
|
Tanduk Rusa berkata," Baiklah, aku akan membawamu
ke Kerajaan ku".
|
Setelah sampai di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa.
Melati Wangi di suruh mencuci,
|
menyapu dan memasak. Ia juga diberikan kamar yang
kecil dan agak gelap. "Mengapa
|
nasibku menjadi begini?", keluh Melati Wangi.
Setelah satu tahun berlalu, Putri Melati Wangi
|
bertekad untuk pulang. Ia merasa uang tabungan yang ia
kumpulkan dari hasil kerjanya
|
sudah mencukupi. Sesampainya di rumahnya, Putri Melati
Wangi disambut gembira oleh
|
keluarganya yang mengira Putri Melati Wangi sudah
meninggal dunia.
|
Sejak itu Putri Melati Wangi menjadi seorang putri
yang rajin. Ia merasa
|
mendapatkan pelajaran yang sangat berharga selama
berada di hutan dan
|
di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa. Akhirnya setahun
kemudian Putri
|
Melati Wangi dinikahkan dengan Pangeran Tanduk Rusa.
Setelah menikah,
|
Putri Melati Wangi dan Pangeran Tanduk Rusa hidup
berbahagia sampai
|
hari tuanya.
|
Sumber :
http://www.e-smartschool.com/cra/002/CRA0020013.asp
|
TIGA SEKAWAN
|
Dahulu kala, hiduplah seekor Ibu Babi dengan 3 orang
anaknya.
|
Anak yang sulung sangat malas dan mengabaikan
pekerjaannya.
|
Anak yang tengah sangat rakus, tidak mau bekerja dan
kerjanya
|
hanya makan. Anak bungsunya tidak seperti kakaknya, ia
anak
|
yang rajin bekerja. Suatu saat Ibu Babi berkata kepada
anak-
|
anaknya, "Karena kalian sudah dewasa, kalian
harus hidup mandiri
|
dan buatlah rumah masing-masing". Si bungsu
berpikir rumah
|
seperti apa yang akan didirikannya
|
.
|
|
|
|
Si sulung tanpa mau bersusah payah membuat rumahnya
dari
|
jerami. Si bungsu berkata, "Kalau rumah jerami
nanti akan hancur
|
bila ada angin atau hujan". "Oh iya ya!
Kalau begitu aku akan
|
membuat rumah dari kayu saja, supaya kuat jika ada
angin", kata
|
si tengah. Setelah selesai si bungsu kembali berkata,
"kalau
|
rumah kayu walau tahan angin tetapi akan hancur jika
dipukul". Si
|
kakak menjadi marah, "Kau sendiri lambat membuat
rumah dari
|
batu batamu itu, jika hari telah sore serigala akan
datang.
|
"
|
Si bungsu bertekad akan membuat rumah dari batu-bata
yang kuat yang tidak goyah
|
dengan angin atau serangan serigala. Malampun tiba,
pada saat bulan purnama, si bungsu
|
telah selesai. Esok harinya, si bungsu mengundang
kedua kakaknya, lalu mereka pergi ke
|
rumah ibu Babi. "Hebat anak-anakku, mulai
sekarang kalian hidup dengan mengolah ladang
|
sendiri", ujar Ibu Babi. Kedua kakak si bungsu
menggerutu. "Tidak ah, cape!," gerutu mereka.
|
Menjelang senja telah tiba, mereka pamit kepada Ibu
mereka. Dalam perjalanan, tiba-tiba
|
seekor serigala membuntuti mereka. "Aku akan
memakan babi malas yang tinggal di rumah
|
jerami itu", kata serigala. Ketika sampai di
depan pintu si sulung ia langsung menendang
|
pintu. "Buka pintu!" teriaknya. Si sulung
terkejut dan cepat-cepat mengunci pintu. Tetapi
|
serigala lebih cerdik. Ia langsung meniup rumah jerami
itu sehingga menjadi hancur.
|
Si sulung lari ketakutan ke rumah adiknya si Tengah
yang terbuat dari kayu. Walaupun pintu
|
telah dikunci, serigala langsung mendobrak rumah kayu
itu hingga hancur. Serigala
|
mendekat ke arah kedua anak babi yang sedang
berpelukan karena ketakutan. Keduanya
|
langsung lari dengan sekuat tenaga menuju rumah si
bungsu. "Cepat kunci pintunya!, nanti
|
kita dimakan", kata si sulung.
|
Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. "Tak usah
khawatir,
|
rumahku tidak akan goyah", kata si bungsu sambil
tertawa. Ketika
|
serigal sampai, ia langsung menendang, mendobrak
berkali-kali
|
tetapi malah si serigala yang badannya kesakitan.
Serigala akhirnya
|
menyerah dan kemudian langsung pulang. Sejak saat itu,
ketiga
|
anak babi ini hidup bersama, dan sang serigala tidak
pernah datang
|
lagi.
|
Suatu hari, ketiga anak babi pergi ke bukit untuk
memetik apel. Tiba-tiba Serigala itu muncul
|
disana. Anak-anak babi langsung naik ke pohon
menyelamatkan diri. Serigala yang tidak
|
dapat memanjat pohon menunggu di bawah pohon tersebut.
Si bungsu berpikir, lalu ia
|
berteriak, "Serigala, kaupasti lapar. Apakah kau
mau apel?", si bungsu segera melempar
|
sebuah apel. Serigala yang sudah kelaparan langsung
mengejar apel yang menggelinding.
|
"Sekarang ayo kita lari!". Akhirnya mereka
semua selamat.
|
Beberapa hari kemudian, si serigala datang ke rumah si
bungsu dengan membawa tangga
|
yang panjang. Serigala memanjat ke cerobong asap. Si
bungsu yang melihat hal itu
|
berteriak, "Cepat nyalakan api di tungku
pemanas!". Si sulung menyalakan api, si bungsu
|
membawa kuali yang berisi air panas.
|
Serigala yang ada di cerobong asap, pantatnya
kepanasan tak
|
tertahankan. Malang bagi si serigala, ketika ia ingin
melarikan
|
diri, ia terpeleset dan jatuh tepat ke dalam air yang
mendidih.
|
"Waa!", serigala cepat-cepat lari. Karena
seluruh badannya
|
luka, maka ia menjadi serigala yang telanjang.
|
|
|
Sejak saat itu, ketiga anak-anak babi menjalani hidup
dengan baik,
|
dengan mengelola lading-ladang mereka. Si sulung dan
si tengah
|
sekarang menjadi rajin bekerja seperti si bungsu. Ibu
babi merasa
|
bahagia melihat anak-anaknya hidup dengan rukun dan
damai.
|
HIKMAH :Jika kita bersatu, maka kita akan terhindar
dari perpecahan.
|
|
PAMAN ALFRED DAN 3 EKOR RAKUN
|
Di sebuah peternakan yang luas, tinggal seorang
peternak yang bernama Alfred. Ia lebih
|
sering di panggil Paman Alfred oleh tetangga di
sekitarnya. Setiap hari pekerjaannya
|
memerah susu sapi dan memberi sapi-sapinya makan,
membabat rumput-rumputan untuk
|
makanan sapi, kemudian memberi makan ternak-ternaknya
yang lain. Selain itu juga
|
membersihkan ladang jagung dan gandumnya. Setelah
semuanya selesai, Paman Alfred
|
berkeliling ladang dan peternakannya, melihat apakah
ada pagar-pagar yang rusak atau
|
tidak.
|
Sore menjelang malam hari, Paman Alfred merasa
punggungnya
|
sakit dan pegal semua. Setelah makan malam, ia segera
tidur karena
|
badannya sudah sangat lelah. Ia menghempaskan badannya
di
|
tempat tidurnya yang besar dan empuk. "Saya
sangat lelah,"
|
keluhnya. Tidak lama kemudian, Paman Alfred tertidur.
Di tengah
|
tidurnya, ia tiba-tiba terbangun mendengar ada suara
sesuatu dari
|
atap loteng rumahnya. Paman Alfred merasa terganggu
tidurnya. Ia
|
segera mengenakan sendal dan mengambil senter.
|
Paman Alfred berjalan menaiki tangga menuju atap
lotengnya.
|
Setelah membuka pintu lotengnya, paman Alfred sangat
terkejut
|
sampai hampir terjatuh ke belakang. Ia melihat 3 ekor
rakun yang
|
sedang bernyanyi. Karena kesalnya, ia berteriak,
"Diam..!", 3 rakun
|
tersebut tetap bernyanyi, walaupun sudah diusir.
Akhirnya, paman
|
Alfred kembali ke kamarnya. Ia mencoba untuk
melanjutkan tidurnya.
|
Esok harinya, ia mengalami hal yang sama dengan
kemarin. Paman Alfred akhirnya membeli
|
racun pengusir rakun. Ketika malam hari, Paman Alfred
kembali mendengar rakun-rakun
|
tersebut bernyanyi. Rakun-rakun tersebut tidak mau
menyentuh makanan yang diberikan
|
Paman Alfred. Mereka tahu kalau makanan tersebut sudah
diberi racun. Paman Alfred naik
|
ke loteng. Ia berteriak-teriak menyuruh rakun-rakun
itu berhenti menyanyi. Ia juga melempar
|
rakun-rakun itu dengan sendalnya. Rakun-rakun itu
mengelak sambil terus bernyanyi
|
mengejek Paman Alfred.
|
Keesokan harinya. Paman Alfred pergi ke perpustakaan.
Ia mencari buku cara mengusir
|
rakun. Setelah hampir satu jam, buku yang dicarinya
berhasil ditemukan. Di buku tersebut
|
tertulis cara mengusir rakun adalah dengan membunyikan
suara yang bising, misalnya
|
dengan radio dan lainnya. Setelah sampai di rumah,
Paman Alfred menyiapkan radio tuanya.
|
Ia memasukkan kaset lagu rock ke dalam radiotapenya.
|
|
Malam harinya, ia memasang radio tersebut di loteng.
Ia
|
mencoba untuk tidur tetapi rasa penasaran membuat
Paman
|
Alfred ingin melihat keadaan di loteng. Ia kembali
terkejut melihat
|
rakun-rakun tersebut masih ada di loteng. Mereka
bahkan tidak
|
hanya menyanyi. Mereka juga menari-nari mengikuti
musik.
|
Habis sudah kesabaran Paman George. Mukanya menjadi
merah karena kesal, setelah
|
mematikan radio ia berteriak sekeras-kerasnya.
"Diaammmm!", teriak Paman Alfred. Setelah
|
agak reda kekesalannya, Paman Alfred berkata,
"Aku punya tawaran untuk kalian,
|
bagaimana kalau kita tukar tempat?, kalian boleh
menempati kamarku sebagai tempat
|
kalian", ujar Paman Alfred kepada rakun-rakun
itu. Rakun-rakun itu setuju. Esok malam
|
mereka menempati kamar Paman Alfred, sedang Paman
Alfred tidur di loteng. Setelah
|
menyanyi dan menari akhirnya rakun-rakun itu tertidur
di kamar Paman Alfred.
|
Paman Alfred yang sudah sangat lelah tidak memikirkan
lagi tempat tidurnya. Ia tertidur lelap
|
di loteng. Saking lelapnya, Paman Alfred bermimpi
tentang rakun, ia bernyanyi dalam
|
mimpinya, persis seperti nyanyian yang di nyanyikan
oleh 3 rakun. Tiga rakun yang tidur di
|
kamar Paman Alfred terbangun, mereka merasa terganggu
dan takut mendengar suara yang
|
berasal dari loteng. Mereka segera berlarian keluar
rumah dan akhirnya mereka tidak pernah
|
datang lagi ke rumah Paman Alfred. Akhirnya sejak saat
itu, Paman Alfred bisa tidur dengan
|
nyenyak setelah bekerja seharian.
|
LANDI LANDAK YANG KESEPIAN
|
Di hutan yang rindang, hidup seekor anak landak yang
merasa kesepian. Landi namanya.
|
Landi tidak mempunyai teman karena teman-temannya
takut tertusuk duri tajam yang ada di
|
badannya. "Maaf Landi, kami ingin bermain
denganmu, tapi durimu sangat tajam," kata Cici
|
dan teman-temannya. Tinggallah Landi sendirian. Ia
hanya bisa bersedih. "Mengapa mereka
|
tidak mau berteman dan bermain denganku?, padahal
tidak ada seekor binatang pun yang
|
pernah tertusuk duriku," gumam Landi.
|
Hari-hari berikutnya Landi hanya melamun di tepi
sungai. "Ah, andai saja semua duriku ini
|
hilang, aku bisa bebas bermain dengan
teman-temanku", kata Landi dalam hati. Landi
|
merasa tidaklah adil hidupnya ini, selalu dijauhi
teman-temannya. Ketika sedang asyik
|
dengan lamunannya, muncullah Kuku Kura-kura. "Apa
yang sedang kau lamunkan, Landi?"
|
sapa kuku mengejutkan. "Ah, tidak ada,"
jawab Landi malu. "Jika kau mempunyai masalah,
|
aku siap mendengarkannya," kata Kuku.
|
Kuku kura-kura kemudian duduk di sebelah Landi. Lalu
Landi
|
mulai bercerita tentang masalahnya. "Kau tak
perlu khawatir.
|
Aku bersedia menjadi sahabatmu. Percayalah!" kata
kuku
|
sambil menjabat tangan Landi. Betapa girangnya hati
Landi.
|
Kini ia mempunyai teman. "Tempurungmu tampak
begitu berat.
|
Apa kau tidak merasa tersiksa?" tanya Landi.
"Oh, sama sekali
|
tidak. Justru tempurung ini sangat berguna. Tempurung
ini bisa
|
melindungiku. Jika ada bahaya, aku hanya perlu menarik
kaki
|
dan kepalaku ke dalam.
|
Hebat kan? Selain itu aku tak perlu repot mencari
tempat tinggal. "Rumahku ini bisa
|
berpindah-pindah sesuai keinginanku", kata Kuku
kura-kura sambil mempraktekkan apa yang
|
dikatakannya. Landi landak merasa terhibur.
|
Suatu hari, teman Landi yang bernama Sam Kodok
berulang tahun. Semua diundang,
|
termasuk Landi Landak. "Ayo Landi, kau harus
datang ke pesta itu," bujuk Kuku kura-kura.
|
"Aku tidak mau karena nanti teman-teman yang lain
pasti akan menjauhiku karena takut
|
|
tertusuk duri," kata Landi dengan sedih.
"Jangan khawatir, kau kan tidak sendirian. Aku akan
|
menemanimu. Di sana banyak kue yang lezat dam tentu
saja buah apel loh!" Mendengar
|
kata apel, Landi menjadi tergoda. Ia memang sangat
menyukai apel. Akhirnya Landi mau
|
juga berangkat bersama Kuku kura-kura.
|
Pesta Sam kodok sangat meriah. Wangi aneka bunga
tercium disetiap sudut ruangan. Ada
|
dua meja panjang diletakkan di sisi kiri dan kanan
halaman Sam kodok. Di atasnya tersedia
|
berbagai macam kue dan buah-buahan. "Lihat! Di
dekat meja ada satu tong sirup apel!, kata
|
Landi".
|
Landi dan Kuku kura-kura memberikan selamat pada Sam kodok.
|
Setelah meniup lilin. Semua bertepuk tangan sambil
bernyanyi
|
"Selamat Ulang Tahun". Pada saat berdansa,
semua yang
|
diundang menghindar dari Landi landak. Mereka takut
tertusuk
|
duri Landi landak. Akhirnya, Kuku kura-kura lah yang
menemani
|
Landi berdansa.
|
Tiba-tiba, pesta yang mengasyikkan itu terhenti dengan
teriakan Tito. Ia datang sambil berlari
|
ketakutan. "Awas! Serigala jahat datang!
Tolong...! Tolong...! Teriaknya dengan napas
|
tersengal-sengal. Semua menjadi ketakutan. Mereka
berlarian menyelamatkan diri. Karena
|
tidak bisa berlari, Kuku kura-kura langsung memasukkan
|
kepala dan kakinya ke tempurung rumahnya. Sedangkan
Landi
|
Landak segera menggulung tubuhnya menjadi seperti
bola.
|
Serigala jahat yang mengejar teman-teman Landi tidak
melihat
|
tubuh Landi. Tiba-tiba, "Brukk, aduhhh..."
teriak serigala jahat. Ia
|
tertusuk duri tajam Landi Landak. Sambil menahan
sakit, Serigala
|
jahat langsung lari tunggang langgang. Maka selamatlah
Landi
|
dan teman-temannya.
|
"Hore..! Hore...! Hidup Landi Landak!" semua
binatang mengelukan Landi. Landi menjadi
|
tersipu malu karenanya. "Maafkan aku Landi,
selama ini aku menjauhimu. Padahal kau tidak
|
pernah menyakitiku. Ternyata duri tajammu itu telah
menyelamatkan kita semua," sesal Cici
|
Kelinci. Akhirnya semua yang datang ke pesta Sam Kodok
meminta maaf pada Landi Landak
|
karena telah menjauhinya kemudian mereka pun berterima
kasih pada Landi Landak karena
|
telah melindungi mereka dari serigala jahat. Kini,
Landi Landak tidak merasa kesepian lagi.
|
Teman-temannya tidak takut lagi akan durinya yang
tajam. Bahkan mereka merasa aman
|
jika Landi berada di dekat mereka.
|
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6572253675218652031#editor/src=dashboard
|